Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Paradoks Kreativitas dan Kebebasan

16 Juli 2021   08:06 Diperbarui: 16 Juli 2021   08:12 917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anda benar-benar bebas dari hambatan net atau perlawanan seorang musuh! Kelihaian macam apa yang akan Anda persembahkan untuk saya?

Itulah paradoks dari kreativitas dan kebebasan: semakin mutlak kebebasan yang kita dapatkan, semakin tertekan kreativitas kita. Tanpa batasan, kita tersesat. Itu sebabnya, orang kreatif sejati mendambakan kekangan dan, jika tidak ada, dia membuatnya sendiri.

Jika kita menilik lebih mendalam terkait kota-kota yang banyak ditinggali oleh orang-orang genius dan kreatif sepanjang sejarah, mereka tidak berada di surga.

Sebut saja Athena yang hanya merupakan kota kecil, tidak subur, dan dipenuhi batu. Warganya gemar minum anggur serta perdebatan di antara mereka merupakan suatu pemandangan yang wajar.

Dan yang lebih penting lagi bahwa secara pertahanan, mereka terancam oleh bangsa Persia, sedangkan secara kebudayaan, mereka tertinggal oleh bangsa Mesir.

Tapi seperti yang kita tahu, Athena Kuno menjadi salah satu kota paling berpengaruh di dunia karena banyak melahirkan orang-orang genius dalam sejarah: Phytagoras, Socrates, Plato, Aristoteles.

Mengapa warga Athena banyak memberi inovasi pada dunia? Apakah itu semacam kebetulan yang mengerikan? Mengapa harus Athena, padahal ada banyak negara-kota yang lebih maju dari Athena di Yunani Kuno?

Hal serupa juga terjadi pada kota berpengaruh lainnya: Hangzhou (China), Florence (Italia), Edinburgh (Skotlandia), Kolkata (India), Wina (Austria). Pada masa keemasannya, tempat-tempat itu sangat jauh dari gelar "surganya dunia".

Mereka telah membantu melukai salah satu mitos kreativitas terbesar: bahwa kekangan harus dihindari. Mereka seolah-olah ingin menyampaikan pesan penting bahwa kita mungkin malah merusak kreativitas jika membuat keadaan terlalu mudah atau terlalu nyaman.

Contoh yang bagus untuk mendukung hal ini adalah "kutukan minyak", atau dikenal juga sebagai paradoks kelimpahan. Negara-negara yang kaya akan sumber daya alam, terutama minyak, cenderung stagnan dalam hal budaya maupun intelektual.

Bisa kita lihat Arab Saudi atau Kuwait. Penduduk kedua negara ini memiliki segalanya sehingga mereka terkesan tidak perlu menciptakan apa pun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun