Siapa yang sedang populer di media sosial, atau bahkan di dunia nyata? Pergi dan bukalah Facebook atau Instagram Anda, cari konten dengan jumlah "suka" terbanyak menggunakan fitur yang ada, maka Anda telah mendapatkan jawabannya.
Inilah yang sering kali membengkokkan kepribadian kita. Siapa pun yang Anda kenal di media sosial belum tentu adalah seseorang yang Anda kenal di dunia nyata.
Seseorang bernama "Santo" dapat berubah menjadi "Santi" ketika menampilkan diri di media sosial. Dia dapat berpenampilan berbeda demi mengejar jumlah "suka", dan mungkin dengan cara mengorbankan apa yang dia miliki di dunia nyata.
Tombol "suka" memang dapat menjadikan kita lebih peka terhadap permasalahan yang sedang melanda dunia. Dengan fitur tersebut, kita dapat mengetahui apa pun yang sedang dibicarakan banyak orang.
Meskipun kebanyakan dari kita menanggapinya dengan cara negatif, tapi kita menjadi lebih peka terhadap fenomena global ketimbang masa-masa sebelumnya.
Dan ini juga yang membuat kita mendapatkan masalah.
Bayangkan jika setiap kali Anda pergi ke bank, Anda mendapatkan saldo. Tetapi Anda juga dapat melihat saldo milik orang lain. Begitu pula orang lain, mereka dapat melihat jumlah saldo milik Anda.
Itu akan menyebabkan orang merasa kesal atau tidak puas dengan apa yang mereka miliki karena reaksi spontan mereka adalah membandingkannya. Kita suka membandingkan segala sesuatu.
Begitulah tombol "suka" membuat kita tidak puas terhadap apa yang kita miliki. Kita melihat jumlah "suka" konten orang lain. Ketika konten itu mendapatkan jumlah "suka" yang banyak, kita ingin menirunya.
Kita tidak ingin menjadi unik dan hanya ingin jumlah "suka" yang banyak. Kita takut menjadi berbeda karena berisiko tidak populer. Kita melakukan "plagiarisme konten" untuk menawarkan daya tarik yang serupa kepada dunia.
Pada akhirnya, itu tidak menjamin apa pun. Oh betapa malangnya!