Dalam lingkungan strategis yang rasional, China harus lebih berkomitmen untuk Timur Tengah daripada Amerika Serikat. Ya setidaknya selama tiga dekade, belum ada banyak bukti pemikiran strategis yang sehat dari Washington.
Ada ketakutan yang membayangi di antara sekutu Amerika di wilayah itu bahwa kekalahan Amerika Serikat di Asia Tengah mungkin akan diikuti oleh penarikannya dari Timur Tengah.
Kekhawatiran atas penarikan Amerika Serikat adalah kekosongan kekuasaan, dan kemungkinan Iran, Rusia, dan China akan dapat mengisinya.
Ini mungkin sebagian menjelaskan mengapa beberapa negara Arab bergegas menandatangani apa yang disebut Kesepakatan Abraham, yang menormalkan hubungan diplomatik dengan Israel.
Dengan kata lain, kesepakatan tersebut menguraikan pola yang mungkin: AS mengalihdayakan peran ke beberapa negara Teluk dalam membiayai Israel, sementara yang lainnya akan secara progresif menggantikan AS dalam melindungi Israel.
Memang terlalu cepat menyimpulkan. Namun demikian, cepat atau lambat, aktor regional nantinya akan dapat menemukan bahwa persaingan antar mereka dapat digantikan oleh tantangan dan ancaman baru seperti perubahan iklim, peningkatan jumlah pengangguran, transisi energi yang sangat mahal, dan arus migrasi yang membawa bencana.
Seharusnya negara-negara Timur Tengah menyadari hal ini, ya semoga saja tidak terlambat bahwa satu-satunya cara untuk menghadapi masa depan mereka adalah melalui kerja sama regional tanpa ada pihak ketiga yang menganggu.
Sumber: Al Jazeera, Middle East Eye, dan berbagai sumber lainnya.