Nantinya, situasi ini akan merangsang dialog regional; ketika kesadaran muncul bahwa keamanan regional paling baik dicapai oleh negara-negara di kawasan yang berbicara satu sama lain alih-alih mencari perlindungan di balik kekuatan besar yang terkadang tidak dapat diandalkan.
Arab Saudi dan Iran
Selama beberapa bulan terakhir, Arab Saudi telah terlibat dalam pembicaraan dengan Iran mengenai hubungan bilateral kedua negara dan menentukan bagaimana jalan keluar demi menyelamatkan muka mereka dari Yaman.
Krisis di Yaman ini memang membuat masa depan Arab Saudi was-was. Di lain sisi, UEA bergerak lebih cerdik. Elit penguasa Abu Dhabi secara efektif bermain di banyak meja perundingan, dan secara bersamaan menjangkau Turki, Iran, dan Suriah.
Setelah lama berselisih dengan Presiden Recep Tayyip Erdogan masalah gerakan Islamis  dan Ikhwanul Muslimin, Putra Mahkota Mohammed bin Zayed (MBZ)  mengunjungi Ankara untuk pertama kalinya dalam satu dekade dan presiden Turki dengan cepat membalas kunjungan tersebut.
Bagaimana China?
Agustus 2010 lalu, Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyatakan akhir dari misi militernya di Irak. Obama kemudian enggan berkomitmen dengan NATO terlait intervensi di Libya dalam menggulingkan Muammar Gaddafi. Pada 2013, Obama menolak untuk melengserkan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Tentu saja, Obama tidak dapat menghindari ISIS. Namun pada akhirnya, Amerika Serikat lebih tertarik untuk berporos ke Asia daripada memperbaiki Timur Tengah.
Pada 2019, Presiden Donald Trump mencoba menarik pasukan Amerika Serikat keluar dari Suriah tetapi gagal. Dia bertemu dengan oposisi dari pembentukan kebijakan luar negeri dan keamanan Washington.
Presiden Joe Biden akhirnya menyelesaikan penarikan dari Afghanistan yang disetujui oleh Trump, dan dia melakukan ini atas nama apa yang sekarang diklaim sebagai tantangan keamanan utama Amerika Serikat di abad ke-21: China.
Washington memang sangat prihatin dengan kebangkitan Beijing yang mengesankan. Namun dalam konteks ini, penarikan AS dari Timur Tengah tidak masuk akal. China menjadi importir utama minyak dari Teluk Persia 10 tahun lalu, dan wilayah tersebut memasok hampir setengah dari kebutuhan minyak China.
Yang terbaru, datang dari pertemuan dua hari OKI, Organisasi Kerjasama Islam, yang diselenggarakan di Islamabad, Pakistan, Menteri Luar Negeri China Wang Yi hadir untuk pertama kalinya sebagai perwakilan diplomat top China. Di sana, Wang Yi menegaskan bahwa China selalu dekat dengan dunia Islam. China juga selalu berada di sisi Palestina hingga solusi perdamaian tercapai.