Mohon tunggu...
Muhammad HanifIbrahim
Muhammad HanifIbrahim Mohon Tunggu... Universitas Darma Persada

Hobi = berpikir

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Idul Adha: Wujud Taqwa Lewat Kurban, Bukan Sekadar Ritual. Menyelami 5 Nilai Utama di Baliknya

8 Juni 2025   08:00 Diperbarui: 7 Juni 2025   23:11 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia


          Hari Raya Idhul Adha adalah salah satu momentum besar dalam islam yang bersyarat makna spiritual dan nilai pengorbanan. Bukan sekadar seremonial penyembelihan hewan, Idul Adha mengajarkan kepada umat islam tentng keikhlasan, ketaatan, dan ketundukan total kepada Allah SWT, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan putranya, Nabi Ismail ‘alaihissalam.

             

              Dalam Al-Quran, Allah mengabadikan kisah luar bias aini dalam surah As-Saffat ayat 102 yang berarti:

              “Wahai anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu, insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (QS.As-Saffat: 102)

              Kisah ini adalah wujud nyata dari kepatuhan yang absolut, yang mengajarkan kepada umat bahwa bentuk ibadah sejati bukan hanya pada tindakan lahiriah, tetapi pada keikhlasan hati dalam menaati perintah Allah.

1. Meneladani Keteladanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.


Idul Adha menjadi Simbol pengorbanan sejati. Nabi Ibrahim dengan berat hati rela mengorbankan putranya karena ketaatan kepada Allah SWT. Sementara Nabi Ismail, dalam usianya yang belia, menunjukkan ketabahan yang luar biasa dengan menerima takdir tersebut dengan keihkhlasan. Teladan keduanya menjadi pelajaran bahwa keimanan sejati menuntut kepatuhan mutlak.

       Rasulullah SAW bersabda:

       “Aku adalah hasil doa ayahku Ibrahim, kabar gembira Isa, dan mimpi ibuku ketika beliau mengandungku sebagaimana mimpi para ibu dari para nabi”. (H.R Ahmad no 17163, hasan)

Hadis ini menunjukkan keistimewaan Nabi Ibrahim sebagai sosok yang dekat dengan Allah hingga doanya dikabulkan, termasuk untuk keturunan yang saleh, yang akhirnya menjadi bagian dari silsilah kenabian, termasuk Nabi Muhammad SAW.

2. Kurban sebagai Amalan yang Dicintai Allah


Rasulullah SAW bersabda:

“Tidak ada amalan ana kadam pada hari Nahr (Idul Adha) yang lebih dicintai Allah selain menyembelih hewan kurban".(H.R Tirmidzi no.1493, hasan)

Penyembelihan hewan bukanlah sekadar simbolis, tetapi bentuk pendekatan diri kepada Allah. Dalam setiap darah yang tertumpah terdapat nilai ibadah, bukan sekadar tradisi turun temurun.

3. Taqwa adalah Inti dari Setiap Ibadah


Rasulullah SAW juga bersabda:

Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa kalian dan tidak pula pada harta kalian, tetapi dia melihat pada hati dan amal kalian”. (H.R Muslim no 2564)

              Ini menunjukan bahwa kurban yang diterima bukanlah yang paling besar atau paling mahal, melainkan yang lahir dari hati yang ikhlas. Idul Adha mengingatkan kita bahwa semua ibadah harus bermuara pada taqwa.

4. Membangun Kepedulian Sosial Melalui Kurban


       Kurban bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk sesame. Daging kurban yang dibagikan kepada fakir miskin dan masyarakat sekitar adalah bentuk kasih sayang dan solidaritas. Inilah wujud nyata bahwa Islam adalah agama yang memperhatikan kesejahteraan sosial.

            Allah SWT berfirman:

              “Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah berikan kepada mereka berupa hewan ternak. Maka makanlah Sebagian darinya dan berikanlah kepada orang yang sengsara dan fakir”. (QS. AL-Hajj: 28)

              Ibnu katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa yang dimaksud “Manfaat” dalam ayat ini adalah manfaat dunia dan akhirat, seperti umat islam yang berdzikir kepada Allah, serta memperoleh pahala dari ibadah kurban dan berbagi kepada yang membutuhkan.

5. Idul Adha Sebagai Refleksi Diri


       Lebih dari sekadar perayaan, Idul Adha adalah momentum muhasabah. Sudahkan kita siap mengorbankan ego, ambisi duniawi, dan kemalasan dalam beribadah? Apakah kita benar-benar menjadikan Allah sebagai prioritas dalam hidup?

Rasulullah SAW bersabda:

              “Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan”. (H.R Bukhari no. 1, Muslim no. 1907)

              Tafsir Al-Muyassar juga menegaskan bahwa niat yang benar menjadi dasar diterimanya ibadah di sisi Allah. Maka, kurban dan seluruh ibadah di Hari Raya harus disertai dengan keikhlasan dan pengharapan kepada Allah, bukan semata-mata pamer atau ikut tradisi.

              Idul Adha bukan hanya tentang menyembelih hewan, tetapi menyembelih sifat egois, kedurhakaan, dan kecintaan berlebih pada dunia. Melalui teladan Nabi Ibrahim dan Ismail, kita diajak untuk memperkuat iman, menumbuhkan kepedulian sosial, dan menghidupkan makna taqwa dalam setiap aspek kehidupan. Semoga setiap tetesan darah kurban yang kita tunaikan menjadi saksi ketaatan dan ikhlas kita di hadapan Allah SWT. Aamiin.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun