Mohon tunggu...
Muhamad Yus Yunus
Muhamad Yus Yunus Mohon Tunggu... Seniman - Sastrawan, dan Teaterawan

Lulusan Sarjana Sastra, Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Pamulang. Penulis buku, kumpulan puisi Dukri Petot: Gaya-gayaan, Novel Tidak ada Jalan Pulang Kecuali Pergi, Anak Imaji, dan Sandiwara Kita di dalam atau di Luar Panggung Sama Saja (2020) Guepedia. Pendiri Teater Lonceng, Tangsel. https://sites.google.com/view/myusyunus

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Literasi, Bukan Sinetron Azab Malas Membaca dari Orang Tua

15 Juni 2021   02:00 Diperbarui: 30 Mei 2023   10:52 906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak sekali perintah untuk membaca yang dapat kita temukan dalam beberapa aspek kehidupan. Dalam Al-Quran perintah membaca disampaikan kepada Rosul sebagai pembuka, mendahului ayat-ayat penting lainnya. 

Tuhan saja menyuruh manusia untuk membaca. Apalagi manusia itu sendiri. Jika kita berpikir sedikit radikal, berati seseorang yang tidak membaca berarti melanggar perintah Tuhan. Tapi tunggu dulu, bacalah tulisan ini sampai selesai.

Ada Hubungan Antara Sinetron Azab dengan Malas Membaca!

Kita pasti tidak asing lagi dengan drama sinetron azab. Di mana sesuatu terjadi karena adanya hukum sebab akibat, memang pesan itu disampaikan secara fiktif dan sangat di luar nalar manusia. Tetapi jika kita lihat secara penokohan, rata-rata tokoh yang terkena azab adalah seorang anak yang durhaka kepada agama dan orang tuanya.

Bukan bermaksud menakut-nakuti pembaca dengan menghubung-hubungan sinetron azab. Memang apa hubungan antara malas membaca dengan azab? Selain tidak rasional, kita pasti sangat abai akan hal azab-mengazab itu. Karena cerita semacam itu cenderung membuat seseorang berpikir negatif terhadap kisah hidup seseorang sebelum wafat.

Sebagai orang tua kita perlu menyingkirkan pikiran negatif kepada anak yang susah untuk diajak membaca. Tahanlah kalimat-kalimat memaksa, dan ucapan-ucapan azab. Bisa jadi kita sebagai orang dewasa kurang tahu metode mengajarkan anak membaca dengan cara yang tepat.

Sinetron azab sudah menjadi patokan orang dewasa saat mengajari anak untuk membaca. Kita kerap menyampaikan hal-hal buruk jika tidak mau membaca. Terkesan mencontoh sinetron azab saja yang tidak sesuai nalar.

Bukan Hukum Azab Melainkan Sebab Akibat Tidak Minat Membaca

Tetapi jika kita menghubungkannya dengan hukum sebab akibat, dan perintah Tuhan Yang Maha Mencintai maka ini masih sangat relevan dengan sifat malas kita untuk membaca. Ingat di atas tadi penulis sempatkan perintah membaca yang disampaikan Tuhan melalui surat Iqro yang artinya bacalah. 

Perlu diingat, Muhammad tetap masuk surga meskipun tidak bisa membaca aksara. Karena Muhammad bukan nabi yang membaca tulisan, tetapi sesosok rosul yang membaca seluruh alam. Namun kita tidak pernah mensyukuri sebuah karunia itu, sehingga hukum sebab akibat itu berlaku bagi orang-orang yang malas membaca. Jangankan membaca tulisan, membaca gambar simbol saja sungkan.

Kemungkinan terbesar kenapa seseorang melanggar peraturan lalu lintas disebabkan karena kurangnya kesadaran membaca sejak dini. Rambu-rambu jalan sebenarnya memberikan perintah tegas kepada pengguna jalan untuk mau membaca. Tapi kita lebih sering mengabaikan hal itu. Sementara pengendara kebanyakan memilih untuk bertanya kepada salah seorang warga ketimbang membaca plang nama jalan, jika ia tersesat. Alhasil, semua plang nama jalan menjadi tidak berguna, juga hilang fungsinya.

Dalam kasus di atas, malas membaca rambu-rambu berdampak sangat besar tidak hanya bagi pengguna jalan raya tetapi juga manfaat rambu-rambu itu sendiri yang terkesan mubazir. Berapa jumlah dana yang dikeluarkan untuk membuat rambu-rambu, dan plang jalan. Sementara kegunaan serta manfaatnya kurang. Banyak pengendara tersesat di jalan, kecelakaan antar pengemudi, pejalan kaki yang susah menyeberang, kemacetan yang diakibatkan parkir liar, dan lain sebagainya.

Seperti itulah yang terjadi jika kebutuhan akan membaca tidak dibarengi dengan kesadaran. Yang paling penting adalah kesadaran bagi diri kita sendiri bukan untuk orang lain. Kesadaran akan sebuah karunia dari Tuhan berupa kemampuan membaca. Jika ada banyak individu yang menyadari hal itu, maka budaya membaca kita dapat meningkat lagi.

Cara yang paling penting untuk menumbuhkan kesadaran membaca sedari dini adalah dengan cinta. Ialah rasa cinta ayah dan bunda kepada buah hatinya, dan rasa cinta seorang anak kepada anugrah dari Tuhannya yang berupa rasa ingin tahu.

Cara Terbaik Bagi Orang Tua untuk Mengajak Buah Hatinya Gemar Membaca!

Orang tua di rumah, kerap menyuruh anak-anak mereka untuk membaca. Dimulai dari membaca cerita fiksi sampai ensiklopedia. Namun apa yang mereka lakukan tidak dibarengi dengan kemampuan membaca pula. 

Adanya unsur paksaan kepada anak untuk membaca membuat si anak itu menjadi merasa terbebani. Sementara orang tua yang semakin tidak sabar akan semakin menekan kembali anak-anak mereka. Alhasil membaca menjadi sesuai yang sangat membosankan untuk dikerjakan karena berisi perintah dan perintah.

Tuhan memang menyuruh kita untuk membaca, tetapi konsep agama adalah sebuah ajaran yang penuh cinta. Maka yang perlu dilakukan bagi orang dewasa adalah bagai mana kesadaran anak akan membaca menjadi sangat penting bagi mereka tanpa memaksa. Orang tua juga perlu berliterasi. Paling tidak memahami apa itu literasi. Jelasnya literasi adalah sebuah kegiatan yang membebaskan siapa saja untuk memilih dunia yang akan dikembangkannya. Baru kemudian menggunakan buku sebagai medianya. 

Jika tidak bisa langsung membaca buku maka hal pertama yang perlu dilakukan oleh seorang ayah dan bunda adalah dengan melihat minat serta kemampuan terpendam buah hatinya. Tentunya disampaikan dengan cara yang merdeka. Dan orang tua hanya perlu mengikuti naluri alamiah buah hatinya saja. 

Tiga Cara Mengajak Anak Membaca dengan Merdeka

Seperti yang disampaikan pada paragraf sebelumnya. Siapa saja bebas membaca apa saja. Dalam artian yang merdeka tanpa paksaan. Ini tentunya di luar dari tuntutan membaca secara akademis.

Bercerita secara lisan adalah hal yang paling pertama dilakukan oleh orang dewasa untuk mengenalkan literasi kepada anak setelah mengetahui bakat dan minatnya. Jika si anak menyukai sejarah, maka berceritalah tentang perjuangan pemuda pada zaman penjajahan atau apapun yang ringan. Atau jika anak suka bermain sepak bola, maka ajaklah si anak untuk membahas seputar sepak bola. Contoh lain, jika seorang anak suka berkhayal dan berimajinasi maka ceritakanlah sebuah dongeng atau ajak si anak untuk menjelajah pikiran dengan menarasikan dan mendeskripsikan sesuatu.

Memperlihatkan sesuatu kepada anak adalah cara lain sebelum seorang anak dikenalkan kepada buku. Jika seorang anak suka sekali dengan bentuk bulan, maka perlihatkan kepadanya bentuk bulan saat terjadi fenomena alam. Atau jika si anak menyukai seni rupa seperti lukisan, maka ajak si anak untuk melihat keindahan.

Berdiskusi dengan anak adalah salah satu pemantik untuk menumbuhkan sebuah nikmat berliterasi. Sebagai orang dewasa yang perlu kita lakukan saat berdiskusi adalah menurunkan akseptasi. Tidak semua anak langsung paham dengan apa yang kita sampaikan, maka kita perlu memahami keterbatasan pemikiran anak. Ambilah contoh-contoh yang rasional dan sederhana. Seperti mendiskusikan fenomena hujan dengan analogi merebus air dengan panci yang tertutup rapat.

Beberapa cara di atas mudah-mudahan dapat membantu orang tua dalam menumbuhkan semangat berliterasi bagi anak sebelum mengenal buku. Jika anak memperlihatkan tanda-tanda ketertarikan terhadap buku dan tulisan, barulah tugas orang tua adalah memfasilitasi. Bukan memaksa anak untuk giat membaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun