Mohon tunggu...
Muhamad RaihanArravi
Muhamad RaihanArravi Mohon Tunggu... Editor - Saya merupakan mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya.

SD Negeri Jakasampurna 3 Bekasi Barat. SMP Negeri 1 Banyuasin III, Sumatera Selatan. SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III, Sumatera Selatan. Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Generasi Milenial Indonesia dan Pancasila di Era Industri 4.0

25 November 2019   22:48 Diperbarui: 25 November 2019   22:57 14947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Segala bentuk negatif dari modernisasi dalam era revolusi industri 4.0 haruslah dijauhi oleh para milenial Indonesia agar dapat menghadapi segala tantangan dari era revolusi industri 4.0.

Selain persoalan positif-negatif dari revolusi industri 4.0, persoalan lain terletak pada esensi dari tantangan-tantangan yang terdapat dalam era ini. Revolusi industri 4.0 dikatakan sebagai tantangan besar bagi kaum milenial Indonesia adalah karena persoalan apakah kaum milenial Indonesia mampu hidup adaptif dan kompetitif pada era 4.0 dengan berbekal skill (keterampilan) dan kemampuan diri yang kualitasnya mumpuni.

Skill yang dimaksud adalah skill yang berkaitan dengan keterampilan dalam menguasai teknologi-teknologi hingga kemampuan dalam berbahasa asing. Apabila kaum milenial Indonesia tidak memiliki skill yang terampil dan mumpuni dikhawatirkan kaum milenial tidak dapat aktif dalam kompetisi di era ini sehingga akan meningkatkan angka pengangguran yang berujung pada meningkatnya angka kemiskinan hingga angka kriminalitas.

Tak hanya sebatas persoalan tersebut, persoalan lain yang juga menjadi urgensi adalah pengaruh yang terjadi akibat arus industri 4.0 pada gaya hidup dan ideologi bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia awalnya memiliki gaya hidup yang filosofis, agamais, dan penuh dengan semangat gotong royong.

Akan tetapi, akibat arus modernisasi budaya-budaya tersebut semakin terasa memudar dan malah berubah menjadi gaya hidup yang individualis, liberalis, dan sekuler. Pengaruh modernisasi juga terlihat pada gaya berpenampilan. Bangsa Indonesia yang awalnya memiliki gaya berpenampilan yang sederhana, tidak nyentrik, sopan, dan menutup aurat malah mulai terlihat seolah berkiblat ke arah barat dengan gaya berpenampilan yang lebih terbuka, nyentrik, dan tidak sopan dilihat.

Dari persoalan ini dikhawatirkan kaum milenial melupakan pakaian-pakain adat indonesia sebagai identitas budaya indonesia yang sesungguhnya. Pada ranah ideologi, pancasila sebagai idealisme yang didalamnya terkandung nilai-nilai yang mendasari cara hidup bangsa Indonesia terancam oleh ideologi liberal.

Kaum milenial yang saat ini sangat candu akan kemajuan teknologi, dikhawatirkan melupakan nilai-nilai pancasila yang seharusnya diterapkan dalam hidup berbangsa dan bernegara sehingga yang terbentuk adalah kaum yang apatis terhadap segala persoalan bangsa.

Pengaruh negatif tersebut dikhawatirkan menghilangkan eksistensi dan makna pancasila sebagai falsafah dan paradigma bangsa Indonesia sehingga pancasila hanya menjadi sebuah simbol belaka tanpa adanya implementasi dari nilai-nilai luhur yang ada di dalam pancasila.

Negara ini membutuhkan kaum milenial yang cerdas, penuh dengan ide-ide yang kreatif dan inovatif, mampu memanfaatkan segala kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi demi kemajuan peradaban bangsa, serta berjiwa visioner dan misioner dalam membawa arah perubahan bagi Indonesia.

Segala tuntutan tersebut dibutuhkan agar milenial Indonesia tidak sekedar menjadi penonton dari kompetisi dalam arena revolusi industri 4.0. Akan tetapi, mampukah bangsa ini memenuhi segala tuntutan dari era industri 4.0 apabila beberapa persoalan yang telah dirincikan di muka saja masih menjadi sebuah badai yang mengerikan bagi perkembangan kaum milenial negara ini.

Segala idealisme dari tuntutan-tuntutan revolusi industri 4.0 hingga segala persoalan yang menghalangi pemenuhan tuntutan tersebut dapat negara ini atasi dengan internalisasi dan revitalisasi falsafah dan paradigma dari nilai-nilai yang terkandung dalam lima sila pancasila sehingga kemajuan peradaban dapat diraih bangsa ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun