Mohon tunggu...
Muhamad Mahfudin
Muhamad Mahfudin Mohon Tunggu... Berlajar - Berkarya - Berbhakti "Sak Obahe"

Saya Guru PJOK di Yayasan Ulil Albab Kebumen

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sandal Ajaib

28 Juli 2025   14:17 Diperbarui: 28 Juli 2025   17:10 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Canva : Muhamad Mahfudin/desain

Selepas Jama'ah duhur, Pak Kyai merebahkan di serambi rumahnya. Sawah yang sudah mulai menguning disertai teriknya matahari menambah panasnya dusun tersebut. Tak ada angin yang lewat sehingga kipas bambu yang suda rusak ujungnya menemani di balai rumah Kyai Yasir. 

"Bah, niki unjukane" Nyai Yani menodorkan secangkir teh tubruk yang belum habis tadi pagi. 

"Bah, Hawane semromong nggeh. sebentar lagi Yu Atun panen padi" cerita Nyai Yani menambahkan. Nyai Yani bercerita tentang mimpinya bertemu ayahnya yang sudah di makamnya di Makkah. Bu Nyai sangat merindukan sehingga beberapa kali ia bermimpi. 

"ehm, Nggeh. Sakmeniko Yu Atun biasane yen ajeng panen ndameli sukuran metri,.." Tambah Abah Yasir menanggapi cerita istrinya. 

" OWh nggeh Bah, Sameniko abah di aturi kenduren wontene Yu Atun,." 

Abah dengan kaget segera melempar kipas anginnya terperanjat menuju ke rumah Yu Atun karena di minta hadir acara Metri.

***

Jam dinding menunjukan pukul 14.00 WIB. Jam ngaji udah mulai. Abah Yasir perlahan menggunakan sarung hijau kotak ke serambi masjid tempat santrti TPQ mengaji. Ada beberapa santri yang sudah bermain dan yang lainnya masih menggunakan celana pendeknya. Sandalnya berserakan di pelataran serambi bahkan tas ngajinya hingga pecinya buat lempar-lemparan. 

"Oi Pak Kyai rawuh, ...." seru salah satu santri dari dalam serambi kepada teman-temannya.  

Gemeruduk belasan santri menuju serambi karena Abah sudah duduk di belakang bangku mengaji. 

"Silahkan yang tadi belum bersih, cuci kakinya terlebih dahulu" himbau Abah Yasir kepada santri-santrinya. 

beberapa santri mulai salimg menunjuk. apa lagi Adit yang kakinya berwarna hitam.
"Dit, Kakimu kotor. sana cuci dulu.. "Seru arul karena sebelumya ia bermain bersama. 

DIdit menarik kakinya ke bawah badan sehingga tidak kelihatan dari Abah. Abah pun mengingatkan dipersilahkan cuci kaki biar tempat dan ngajinya bisa lancar secara bersama-sama. 

Namun Didit menampakkan wajah merah mulai kesal dengan Arul karena gara-gara arul ngomong jadi di suruh untuk bersihkan kakinya.
Arul dan Didik memang kawan yang suka bermain dan usil. Saat ada sesuatu hal terkain salah satu diantara mereka pasti jadi hebohkan lingkungan sekitarnya. 

Diditpun akhirnya bersihkan kakinya dan proses mengaji berjalan dengan tertib di awal. Aah Yasir mendahului cerita kalau ke masjid tempat mengaji harus bersih. Abah berharap hal ini bisa di taati oleh santri-santri TPQ. 

Proses mengaji berjalan di dahului model klasikal yakni seluruh santri menghafalkan solawat, surat pendek hingga doa-doa secara bersama-sama. 

"Yu Hafalkan secara keras bersama-sama" Abah Yasir mengajak seluruh santri untuk doa kepada orang tua. 

"Alhamdulillah, anak-anak bisa hafal dengan baik dan benar, Sekarang giliran membaca tulisan pada papan ya," Petunjuk Abah.
Seluruh santripun bisa membaca dengan baik bahasa arab yang di tunjuk oleh Abah. 

Nida salah satu santri putri terkena kertas lemparan Arul saat abah mengajari santri-santri satu persatu di hadapannya. 

Abah pun melihat Arul dan Didit yang bermain lemparan kertas itu. Namun sesaat abah melihat ke arah santri, Arul dan Didit terdiam menarik buku ngajinya.

"Arul Silahkan maju ya, " Abah memanggilnya untuk mengetes bacaan ngajinya.
"Mas Arul, ngajinya yang semangat ya. sama seperti kamu bermain. Ngaji kan cuma sebentar" Nasihat Abah kepada Arul. 

Begitu juga giliran Didit di hadapan Abah Yasir dengan nasihat yang senada. 

*** 

Sesaat Arul dan DIdit selesai model indovidu mereka bermain lari di area serambi masjid.  dan bagi siapapun yang sudah mengaji secara klasikan dan individu diperbolehkan bermain asal tidak merugikan orang lain.
Semua anak laki-laki bermain lepar menara sandal.
" Plak..." Sandal jatuh di atas meja ngajinya Abah. 

Semua santri putri melihat kearah Arul seketika dan arulpun lari bersembunyi di belakang bedug. Abah mendekat dan menasihatinya dengan membeeikan sandal kepadanya.  Abah Yasir sedikit emosi karena peringatan berkali terhadap arul dan DIdit tidak teekendalikan. Arulpun di je-er sama Abah sehingga ia pun menangis. 

Yu Atun yang tau anaknya Arul menangis kaget dan naik pitam. Malamnya bersama pamannya datang ke Rumah Abah untuk tidak mengulangi dan dituntun memeriksa kesehatan ke Rumah Sakit yang ia kehendaki. dan Akhirnya permintaannya pun di setujui.
Mengetahui hal tersebut, RT Fauzi menengahi kalo orang taunya untuk tidak melaporkan kejadian ini ke media sosial bahkan ke aparat.  

***

Abah Yasir viral di berbagai media sosial hingga Mubaligh pun menyambangi kediaman Abah Yasir yang sudah terlanjur membayar tuntutan dari Wali santrinya. 

"Abah, ini ada sekedar buat berangkat ziaroh Mekkah jika berkenan untuk Abah daan keluarga" Kata Gus yang tidak mau di desebutkan namanya. Berbagai dukungan kepada Abah Yasir terus mengalir hingga kini. Sampai Abah Yasir sedang menunaikan ibadah umrohnya berkah keistiqomahannya mengajar ngaji dari Wali muridnya hingga anak dan cucunya. 

Muhamad Mahfudin 

Kebumen. 28 Juli 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun