"Silahkan yang tadi belum bersih, cuci kakinya terlebih dahulu" himbau Abah Yasir kepada santri-santrinya.Â
beberapa santri mulai salimg menunjuk. apa lagi Adit yang kakinya berwarna hitam.
"Dit, Kakimu kotor. sana cuci dulu.. "Seru arul karena sebelumya ia bermain bersama.Â
DIdit menarik kakinya ke bawah badan sehingga tidak kelihatan dari Abah. Abah pun mengingatkan dipersilahkan cuci kaki biar tempat dan ngajinya bisa lancar secara bersama-sama.Â
Namun Didit menampakkan wajah merah mulai kesal dengan Arul karena gara-gara arul ngomong jadi di suruh untuk bersihkan kakinya.
Arul dan Didik memang kawan yang suka bermain dan usil. Saat ada sesuatu hal terkain salah satu diantara mereka pasti jadi hebohkan lingkungan sekitarnya.Â
Diditpun akhirnya bersihkan kakinya dan proses mengaji berjalan dengan tertib di awal. Aah Yasir mendahului cerita kalau ke masjid tempat mengaji harus bersih. Abah berharap hal ini bisa di taati oleh santri-santri TPQ.Â
Proses mengaji berjalan di dahului model klasikal yakni seluruh santri menghafalkan solawat, surat pendek hingga doa-doa secara bersama-sama.Â
"Yu Hafalkan secara keras bersama-sama" Abah Yasir mengajak seluruh santri untuk doa kepada orang tua.Â
"Alhamdulillah, anak-anak bisa hafal dengan baik dan benar, Sekarang giliran membaca tulisan pada papan ya," Petunjuk Abah.
Seluruh santripun bisa membaca dengan baik bahasa arab yang di tunjuk oleh Abah.Â
Nida salah satu santri putri terkena kertas lemparan Arul saat abah mengajari santri-santri satu persatu di hadapannya.Â
Abah pun melihat Arul dan Didit yang bermain lemparan kertas itu. Namun sesaat abah melihat ke arah santri, Arul dan Didit terdiam menarik buku ngajinya.
"Arul Silahkan maju ya, " Abah memanggilnya untuk mengetes bacaan ngajinya.
"Mas Arul, ngajinya yang semangat ya. sama seperti kamu bermain. Ngaji kan cuma sebentar" Nasihat Abah kepada Arul.Â