Mohon tunggu...
M Agung Laksono
M Agung Laksono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa yang suka nulis, diskusi, pantai dan main instagram.

Sekretaris Bidang Media dan Propaganda DPP GMNI. Disc: Tulisan bersifat pribadi, kecuali ada keterangan dibagian bawah artikel.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nasib Tragis Rumah Napak Tilas Presiden Soekarno di Cianjur

24 Agustus 2021   19:11 Diperbarui: 24 Agustus 2021   21:32 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Soekarno di Pondok Pesantren Al Basyariah, Cianjur. Sumber: Wartakini.co

Maka dibawa-lah Soekarno sekeluarga ke Istana Bogor. Dan, saat diskusi dengan Hatta dan dua utusan Sutan Sjahrir yakni Soedjatmoko dan Soedarpo Sastrosatomo. Rupanya dari Sjahrir yang "dekat" dengan pihak Sekutu ( didapatkan kepastian bahwa Sekutu tidak bermaksud menangkap Bung Karno. Maka bersepakat lah, agar Sukarno kembali lagi ke Jakarta pada keesokan harinya.

Ada Bendera Pusaka?

Selain itu, di Ponpes tersebut tersimpan benda bersejarah berupa bendera pusaka merah putih. Bahkan, bendera ini konon sudah ada sebelum bendera pusaka yang selama ini dikenal publik dan dijahit Fatmawati, istri Presiden RI pertama Soekarno. Soekarno sendiri memiliki cerita tersendiri dengan pesantren yang didirikan oleh KH Ahmad Basyari pada tahun 1911 ini. Kiai Ahmad yang berasal dari Jombang, Jawa Timur, merupakan murid langsung KH Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama.

Dari penelusuran kompas, selama berada di pesantren, Soekarno banyak menimba ilmu agama, kenegaraan, dan rajin melakukan tirakat, dan kabarnya ia selalu disuguhi hidangan bubur merah dan bubur putih oleh Kiai Ahmad. Soekarno pun pernah menanyakan maksud dari hidangan tersebut. Namun, Sang Kiai kala itu tidak memberitahunya secara gamblang.

Kyai Ahmad  malah mengatakan bahwa Soekarno akan mengetahui sendiri makna dan maksud di balik merah dan putih pada bubur tersebut. "Kemudian dalam suatu kesempatan di tahun 1939, Mbah (Kyai Ahmad) memesan kain atau bendera dengan paduan warna merah dan putih kepada Haji Harun Hasan, seorang pengusaha kain di Pekalongan," tutur Rachmat, salah satu anggota Keluarga pemilik ponpes tersebut.

Setelah bendera jadi dibuat, pada tahun 1942 atau tiga tahun sebelum republik ini merdeka, untuk pertama kalinya bendera itu dikibarkan di lingkungan pesantren di hadapan Soekarno dan para santri. Setelah dikibarkan, Kiai Ahmad meminta Soekarno membawa bendera tersebut ke Istana di Jakarta untuk dicarikan kain berwarna serupa dari China atau Jepang yang saat itu kualitasnya paling bagus. "Setelah dapat, kain merah dan putih itu kemudian dijahit ibu Fatmawati untuk dijadikan bendera. Menjahitnya sendiri pernah dilakukan di sini, di pesantren ini," ujarnya.

Di Cianjur, nampaknya hal ini tak dirawat dengan baik terutama oleh Pemerintah setempat baik oleh Pemerintah Kabupaten maupun Pemerintah Provinsi Jawa Barat, padahal ini bisa menjadi wisata sejarah yang baik untuk mengedukasi masyarakat terkait sulitnya bangsa ini berjuang meraih Kemerdekaan.


Beruntung, dari keterangan tokoh masyarakat Sukanagara, Rahmat Sadar membenarkan rumah tersebut sudah dibongkar pada Jumat (13/8/2021), karena kondisinya sudah lapuk. Namun, setelah dibongkar rumah tersebut akan segera dibangun kembali oleh keluarga besar KH Achmad Basyari dari Jombang.

"Memang kondisinya memprihatinkan, terutama bangunan berbahan kayu yang sudah lapuk," terang Rahmat, Selasa (17/8/2021) dikutip dari Suara.

Banyak hal, mungkin yang dilakukan Bung Karno di Cianjur, karena lokasinya cukup dengan Istana Cipanas, Bogor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun