Kabar itu menyebar cepat. Warga desa mulai datang membawa berbagai keluhan: luka, bisul, bahkan demam. Mereka meminta bantuan Pak Rahmat untuk membuat ramuan dari daun Cocor Bebek.
Awalnya ia ragu, tapi naluri pendidiknya berkata bahwa ilmu harus dibagikan.
Ia mengajarkan cara membuat kompres sederhana dan menekankan kebersihan. "Cuci tangan dulu. Daun ditumbuk halus, jangan langsung ditempel jika kotor. Ingat, alam membantu kita jika kita memperlakukannya dengan hormat."
4. Antara Takdir dan Ilmu
Kesembuhan Bu Mira menjadi titik balik dalam keluarga mereka. Namun, Pak Rahmat merasa bahwa penemuannya tidak boleh berhenti di desa. Ia ingin menguji kandungan daun itu secara ilmiah.
Ia menulis surat ke universitas tempatnya dulu kuliah di Makassar, menjelaskan temuannya dan menawarkan sampel untuk penelitian.
Tiga minggu kemudian, balasan datang.
"Bapak Rahmat, penelitian Bapak sangat menarik. Kami tertarik menganalisis kandungan fitokimia daun tersebut. Silakan datang ke kota membawa sampel dan catatan penelitian."
Bu Mira menatap suaminya dengan mata berkaca. "Pergilah, Pak. Ini kesempatan untuk ilmu dan masa depan desa."
5. Menyebrangi Dua Dunia
Perjalanan ke kota bukan hal mudah bagi keluarga sederhana itu. Dengan uang tabungan dan sedikit bantuan dari kepala desa, Pak Rahmat berangkat bersama Lila yang begitu ingin melihat laboratorium sungguhan.
Kota Makassar menyambut mereka dengan gemerlap lampu, jalanan ramai, dan gedung tinggi. Lila terpesona namun juga canggung. "Pak, di sini tidak ada suara jangkrik," katanya pelan.
Pak Rahmat tersenyum. "Benar, tapi di sini ada suara ilmu yang sibuk bekerja."
Mereka diterima oleh Dr. Sinta, dosen farmasi yang meneliti tanaman obat lokal. Setelah mendengarkan cerita Pak Rahmat, ia berkata,
"Cocor Bebek memang punya senyawa aktif seperti flavonoid dan bufadienolides. Tapi jarang ada yang menelitinya secara mendalam. Penemuan Bapak bisa menjadi bukti bahwa kearifan desa punya dasar ilmiah."
6. Ketika Ilmu Bertemu Keajaiban
Beberapa minggu berikutnya, laboratorium melakukan uji ekstraksi. Hasil awal menunjukkan bahwa getah daun Cocor Bebek mengandung zat anti-bakteri kuat yang mampu mempercepat penyembuhan luka luar.
Dr. Sinta menatap Pak Rahmat kagum. "Ini luar biasa. Jika dikembangkan, bisa menjadi salep herbal yang aman dan murah."
Kabar itu dimuat di surat kabar lokal. Wartawan menulis dengan judul: "Guru Desa Temukan Khasiat Baru Daun Cocor Bebek."
Telepon rumah Pak Rahmat di desa pun berdering tak henti. Ada pejabat, peneliti, bahkan produsen obat herbal yang ingin bekerja sama.
Namun bagi Pak Rahmat, kebahagiaan sejati bukan pada popularitas. Ia hanya ingin satu hal: agar masyarakat desa percaya bahwa ilmu pengetahuan bisa tumbuh dari halaman rumah sendiri.
7. Desa yang Menjadi Taman Ilmu
Sekembalinya ke Desa Labuaja, sambutan warga begitu hangat. Di balai desa, kepala desa mengumumkan bahwa lahan kosong di belakang sekolah akan dijadikan Kebun Tanaman Obat Keluarga.
"Dan Pak Rahmat akan menjadi pembimbingnya!" seru mereka penuh semangat.