Kakek tersenyum. "Kau mirip ayahmu dulu, keras kepala tapi berani bermimpi."
Malam itu, mereka berdiskusi di bawah cahaya lampu minyak. Nenek menyiapkan teh daun mangga hangat sambil berkata, "Ilmu dan alam itu saudara, Nak. Kalau kalian belajar dari keduanya, dunia akan lebih baik."
5. Daun Mangga Energi Hijau
Dengan bantuan kakek dan ayahnya, Alya mulai membuat versi sederhana alat penangkap energi dari daun mangga. Ia memanfaatkan panel logam bekas dan botol kaca. Rafi menjadi asisten yang tak kenal lelah, sementara Pak Darma menyediakan alat-alat dari bengkel kecilnya.
Selama berhari-hari, mereka meneliti perubahan warna cairan dari hasil rebusan daun mangga yang bercampur dengan air sungai. Kakek mencatat semua hasilnya dengan rapi di buku tua peninggalannya.
Hingga suatu pagi, ketika sinar matahari pertama menyentuh botol kaca berisi larutan itu, sesuatu menakjubkan terjadi --- alat buatan mereka menghasilkan aliran listrik kecil! Lampu bohlam bekas pun menyala redup.
"Lihat! Menyala!" teriak Rafi sambil melompat kegirangan.
"Ini bukan sulap, ini sains," kata Alya penuh kagum.
Mereka berhasil menemukan energi fotosintetik alami dari ekstrak daun mangga --- energi hijau yang ramah lingkungan!
6. Kabar dari Kota
Penemuan itu menarik perhatian Bu Sinta. Ia mengirim laporan kecil ke Lembaga Penelitian Pertanian dan Lingkungan Nasional (LPPN) di kota. Tak lama kemudian, dua ilmuwan datang ke desa --- Dr. Harlan dan Dr. Mira.
"Siapa yang menemukan ini?" tanya Dr. Harlan dengan nada tak percaya saat melihat lampu kecil yang menyala dari cairan daun mangga.
Alya maju perlahan. "Kami, Pak. Tapi berkat bantuan keluarga."
Dr. Mira tersenyum lembut. "Luar biasa. Teknologi ini bisa menjadi sumber energi alternatif di masa depan. Kalian tahu apa artinya?"