"Bukan seperti sulap," jawab sang nenek, "tapi dari ilmu alam. Daun mangga bisa menurunkan panas, menetralkan racun, bahkan memperkuat daya tahan tubuh. Tapi ramuan ini lebih dari itu --- ia bisa memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak."
Pak Darma, yang mendengar dari dapur, tersenyum kecil. "Itu hanya legenda, Nak. Tapi siapa tahu, kalian bisa membuktikannya suatu hari nanti."
Ucapan itu melekat di kepala Alya. Ia bertekad akan membuktikan bahwa daun mangga memang memiliki rahasia besar.
3. Tugas Sekolah yang Berubah Menjadi Penemuan
Beberapa minggu kemudian, guru IPA di sekolah mereka, Bu Sinta, memberikan tugas penelitian sederhana: mencari manfaat tumbuhan di sekitar rumah.
Sebagian teman Alya memilih jahe, kunyit, dan daun sirih. Namun Alya dan Rafi memilih daun mangga.
"Kenapa daun mangga?" tanya Bu Sinta heran.
Alya menjawab mantap, "Karena hampir semua orang menganggapnya biasa, padahal mungkin di situlah rahasia luar biasa tersembunyi."
Hari-hari berikutnya, mereka mengamati daun mangga dari pagi hingga sore. Mereka merebus, mengeringkan, dan menumbuknya. Namun hasilnya tak istimewa. Sampai suatu sore, Rafi iseng mencampur bubuk daun mangga dengan air dari sungai belakang rumah.
Yang terjadi membuat keduanya terdiam. Air dalam gelas berubah menjadi hijau muda dan mulai mengeluarkan gelembung kecil, seperti bernafas.
"Ini... hidup?" gumam Rafi pelan.
Mereka berdua segera berlari memanggil kakek.
4. Kakek Jaya dan Ingatan Lama
Kakek Jaya memandangi cairan hijau itu dengan mata penuh kenangan.
"Dulu, kakekmu pernah bekerja di lembaga riset kecil di kota. Mereka meneliti fotosintesis daun mangga untuk energi alternatif. Tapi proyek itu dihentikan setelah dianggap tak menghasilkan apa-apa," katanya lirih.
Alya menatap cairan itu yang masih bergelembung pelan. "Tapi, Kek, mungkin sekarang saatnya dilanjutkan."