Rahasia Daun Mangga di Desa Lembah Hijau
Karya: Muhalbir
1. Desa yang Wangi Mangga
Desa Lembah Hijau terletak di antara perbukitan dan aliran sungai kecil yang jernih. Di sana, hampir setiap rumah memiliki satu pohon mangga di halaman depan. Dari kejauhan, bila angin berhembus, aroma daun mangga yang lembut bercampur dengan tanah basah menciptakan kesejukan alami yang tak tergantikan.
Keluarga Pak Darma dikenal sebagai penjaga pohon mangga tertua di desa itu. Pohon itu telah berusia hampir seratus tahun, ditanam oleh kakek buyutnya saat zaman penjajahan. Kini, di bawah rindangnya, sering berkumpul tiga generasi keluarga besar itu:
Kakek Jaya dan Nenek Rini, pasangan lanjut usia yang masih gemar membuat jamu tradisional.
Pak Darma dan Bu Ratna, petani yang tekun.
Anak mereka, Alya (12 tahun) dan Rafi (10 tahun), dua bersaudara yang gemar bereksperimen kecil di dapur.
Setiap sore, usai mengaji di surau, Alya dan Rafi membantu neneknya mengumpulkan daun mangga muda untuk dijemur. "Daun ini bukan hanya untuk jamu, tapi juga untuk masa depan," kata Nenek Rini sambil tersenyum. Kalimat itu selalu membuat Alya penasaran. Masa depan seperti apa yang bisa datang dari selembar daun mangga?
2. Rahasia dari Dapur Nenek
Suatu malam, ketika bulan purnama menggantung di atas pohon mangga, Alya melihat neneknya mencampur rebusan daun mangga dengan cairan bening dalam botol kaca. Warna cairan itu berubah menjadi kehijauan, mengeluarkan cahaya lembut.
"Nenek, apa itu?" tanya Alya dengan mata membesar.
Nenek Rini menatap cucunya lembut. "Ini ramuan peninggalan kakek buyutmu. Dulu, beliau percaya bahwa daun mangga menyimpan kekuatan penyembuh alami yang luar biasa. Tapi dulu orang-orang menertawakannya."
"Kekuatan penyembuh? Seperti di film?" seru Rafi yang ikut menyimak.