Sekadar Nanya, Ramai Tak Bermakna
Karya: Muhalbir
Di sebuah sekolah dasar yang cukup terkenal di kota, para guru sedang aktif berdiskusi dalam sebuah grup WhatsApp bernama "KKG PAI Ujung Pandang". Grup itu biasanya ramai menjelang kegiatan besar, seperti lomba keagamaan atau pelatihan guru. Tapi pagi itu, suasana grup mendadak riuh gara-gara satu kata: ROHANA.
"Eh, kalian sudah baca status Bu Rita soal ROHANA itu?" tulis Pak Hafid di grup.
"Hahaha iya! Aku ngakak pas baca: Rombongan Hanya Nanya-nanya," balas Bu Tia.
"Tapi itu benar lho, banyak yang nanya ini-itu terus ngilang. Giliran dikasih info lengkap, malah silent," tulis Bu Neni sambil menyisipkan emotikon tangan di dagu.
Di tengah keramaian itu, masuklah pesan dari Pak Darlan, guru paling senior. "Anak zaman sekarang bilangnya 'Rohana', zaman saya dulu itu 'Rojali'---Rombongan Jangan Lupa Izin. Nanya mulu tapi lupa etika." Jaringan Pak Darlan.
Semua tertawa. Tapi diskusi itu ternyata menyebar ke lingkungan murid dan bahkan masyarakat. Fenomena itu jadi bahan pembicaraan---bukan hanya sebagai candaan, tapi juga refleksi.
Di kelas 6A, Ibu Farah sedang menjelaskan pelajaran akidah akhlak. Salah satu siswanya, Rafi, tampak gelisah.
"Bu, saya lihat kakak saya bikin status soal ROHANA, itu siapa Bu? Orang terkenal ya?" tanya Rafi polos.
"Hehe, bukan orang, Rafi. Itu istilah baru di media sosial. Artinya, orang-orang yang ramai bertanya tapi nggak benar-benar ingin tahu atau peduli. Cuma numpang ribut aja," jelas Ibu Farah sabar.
"Ooh... kayak temanku si Budi, tanya PR terus, tapi giliran disuruh kerjain bareng, dia bilang sibuk..." ucap Rafi
Teman-teman sekelas tertawa. Ibu Farah ikut tersenyum.