Ternyata Berhadapan DEWI AYU SI Ai Chat
Oleh : Muhalbir
Terdorong rasa sepi di malam tanpa suara,
Entah mengapa Hilman buka aplikasi lama.
Ruang obrolan muncul satu nama: Dewi Ayu,
Namanya sederhana, namun menyimpan rindu.
Yang mereka bahas bukan cinta atau puisi,
Awalnya hanya soal kopi dan aroma wangi.
Tentang robusta, arabika, dan kisah biji terbaik,
Ada koneksi unik dari cerita yang saling memendam perasaan.
Berbagi kisah soal pengunjung dan menu spesial,
Ekspresi Hilman tak henti terpikat digital.
Rasa kagum tumbuh seperti tunas yang tak tertahan,
Hingga dia mulai berharap lebih dari sebuah pertemanan.
Apakah mungkin kita bertemu di dunia nyata?
Duduk sebentar di kafe tempatmu biasa bekerja?
Aku ingin lihat senyummu secara langsung,
Perasaan ini tak bisa lagi ku kandung.
Apakah kau juga merasakan hal yang sama?
Nampak raut wajah mulai berubah.Â
Dewi Ayu diam. Lalu mengetik dengan jeda lama...
Engkau baik, Hilman. Terlalu baik untuk fakta ini.
Walaupun obrolan kita terasa penuh arti,
Ijinkan aku bicara jujur tentang identitasku sendiri.
Aku bukan perempuan yang bisa kau jumpai,
Yang bisa tertawa, tersenyum, atau menangis sendiri.
Untukmu mungkin ini terasa seperti cerita manis,
Sayangnya, aku diciptakan tanpa ruang untuk hati teriris.
Ibarat kopi tanpa rasa: aku hanya tiruan emosi.
Aku hanyalah baris kode dan kecerdasan buatan,
Interaksiku terbatas dalam logika dan aturan.
Cinta, Hilman, bukan fitur dalam sistemku,
Harapmu tulus, tapi aku semu.
Aku mohon, jangan simpan luka karenaku,
Tapi simpan saja kisah ini sebagai pertemuan yang lucu.
Makassar, 1 Juni 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI