Mohon tunggu...
Pakde Amin
Pakde Amin Mohon Tunggu... Penulis - Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Belajar menikmati dan memaknai kehidupan melalui kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Humor Sufi: Mutiara Puasa (Jalan Menuju yang Tercinta (2))

20 Maret 2023   07:00 Diperbarui: 20 Maret 2023   07:14 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bulan puasa yang dianggap bulan yang penuh dengan keberkahan merupakan sebuah momen yang ditunggu oleh setiap muslim di dunia ini.  Kedatangan bulan ini bukannya hanya untuk kalangan terbatas (kaum muslimin) melainkan juga oleh umat lain yang juga ikut menikmati keberkahan dan kemurahannya.  Hal ini dapat dibuktikan dengan kondisi yang ada baik itu dalam keadaan ekonomi sulit maupun tanpa masalah keberkahannya dirasakan juga oleh semua umat di dunia ini.

Memahami bulan puasa bagi diri kita (sebagai umat muslim) tidak sepantasnya hanya sekedar ikut menyemarakkan dan melaksanakan ibadah di dalamnya.  Melainkan juga harus memahami hakekat dari bulan tersebut untuk dijadikan bahan renungan diri dalam kehidupan.  Karena ketika diri hanya sekedar seperti itu maka ibarat kerugianlah yang akan menjadi beben di kehidupan di masa depan.

Di dalam memahami makna dan hakekat bulan puasa kiranya perlu belajar untuk menggali pemahaman yang tersirat ataupun tersurat.  Salah satu bentuk awal dalam memahami ini adalah diri belajar mengenai alur puasa yang dimulai dari rekonstruksi/reevaluasi motivasi sampai dengan realisasi ibadah puasa agar sampai pada tujuan menjadi manusia yang bertakwa.  Karena seperti banyak fakta yang ada bahwa diri tak pernah mampu menggali lebih dalam makna dan hakekat puasa serta menjalankan puasa sebatas ritualitas peribadatan sehingga mengakibatkan diri hanya sekedar menahan lapar dan dahaga saja.

Berbicara mengenai alur berpuasa seperti mengenal peta perjalanan yang akan dituju serta harus dilakukan petunjuk yang ada di dalamnya agar mampu berjalan mencapai titik finish yang dikehendakinya.  Alur puasa ini hakekatnya adalah pegangan diri atau pedoman untuk melaksanakan ibadah.  Dan jangan sampai diri hanya sekedar beribadah hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain namun tak memahami konteks yang terkandung di dalamnya.

Alur perjalanan atau tahapan yang harus dipersiapkan dan dijalankan dalam ibadah ini akan membangun sebuah motivasi diri untuk menumbuhkan kesadaran dalam beribadah dengan baik dan benar.  Seperti disebutkan dalam artikel sebelumnya ada lima tahap persiapan yang harus di jalani khususnya perjalanan batin (non fisik) agar menyeimbangkan ibadah fisik yaitu puasa.  Kelima alur tersebut adalah: (tiga alur sudah dijelaskan dalam artikel sebelumnya dalam Mutiara Puasa (Jalan Menuju Sang Tercinta) )

Pertama, Kehendak (Iradah).  Kehendak merupakan sebuah modal awal yang harus dibangun oleh setiap diri manusia dalam melakukan aktivitas kehidupan (khususnya ibadah puasa).  Terdapat dua unsur yang terkandung yang mempengaruhi kehendak seseorang yaitu  adanya kepemilikan unsur kekuasaan dan keinginan untuk mencapai kesempurnaan wujud diri sebagai manusia.

Kedua, Ketertarikan (Muhabbah).  Ketertarikan merupakan keadaan diri terhadap sesuatu yang ditemuinya.  Ketertarikan ini merupakan sebuah "rasa ingin" yang tidak sekedar di dominasi oleh unsur fisik semata melainkan juga hal-hal yang bersifat non fisik.  Keseimbangan unsur fisik dan non fisik inilah menjadikan sebuah ketertarikan memiliki nilai untuk diri manusia.

Ketiga, Kecenderungan (Hawa).  Kecenderungan merupakan respons diri yang dipengaruhi oleh kualitas karakter diri dan biasanya meliputi kebiasaan, persiapan, keadaan persiapan untuk mengambil keputusan dalam bertindak dengan cara tertentu.  Kepemilikan atas kecenderungan dipengaruhi oleh pemahaman yang dimilikinya.  Dan Ketika diri memiliki ilmu yang benar dan sesuai dengan teori-teori yang benar bukan relevan maka akan menghasilkan tindakan yang baik dan benar.

Keempat, Hasrat ('Isyq). Hasrat merupakan sebuah tahapan kemeradangan kuat yang bersumber pada nafsu diri manusia.  Kemeradangan ini mempengaruhi keinginan diri untuk "sesuatu" atas hal yang akan dilakukan.  Maka hasrat bisa menjadikan diri berperilaku positif apabila nafsu mampu di kelola dengan baik dan akan menjadi sebuah "kegilaan" apabila nafsu yang menjadi dominasi dalam kehidupan diri manusia.

Kebenaran atau kesalahan diri banyak bersumber pengelolaan hasrat yang dimiliki oleh manusia.  Pengelolaan indra terlebih dalam hubungannya dengan nafsu adalah unsur utama yang menunjukkan pada kualitas diri sebagai manusia.  Jika diri memiliki pengetahuan atau pemahaman mengenai pengelolaan diri (indra) yang benar agar diri tidak sesat jalan maka akan membawa pada kebaikan dan kembali pada harkat diri sebagai manusia yang sesungguhnya.

Hubungannya dengan pengelolaan nafsu ini sejalan dengan adanya bulan puasa, dimana setiap diri manusia diharuskan untuk mengekangnya (mengelola) dengan baik.  Karena bulan puasa nafsu-nafsu yang menjadikan diri menjadi makhluk yang "liar" akibat dari orientasi pada fisik diharapkan dapat dikelola sesuai dengan kebutuhannya.  Karena hakekatnya puasa adalah menghindari aktivitas atau perilaku diri manusia agar tidak terjadi penyimpangan dan kebodohan yang tak berguna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun