Mohon tunggu...
M. Galang Pratama
M. Galang Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - Buku dan buku

Penulis peristiwa. Tinggal di http://www.emjipi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Suwanti

25 Januari 2018   22:25 Diperbarui: 25 Januari 2018   22:46 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Katamu, hujan akan turun malam ini. Deras, hingga membikin tubuhku gigil. Alangkah bergetar bulu kudukku, ketika baru saja menutup telepon darimu, hujan turun seketika. Deras. Sangat deras.

Aku mencoba meneleponmu kembali. Kucari namamu di kontak. S u w a n ti. Dapat.

(tiiiik..  tiiiiik... nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan.. ....)

Kau hidup di tengah tengah kawasan pedesaan. Jauh sekali dari arus komunikasi dan dunia maya. Keseharianmu kau isi dengan banyak bicara pada tetangga, membicarakan hal hal yang sebetulnya bisa dipercaya dan sekaligus juga tidak bisa diterima akal sehat.

Kau pernah bercerita tentang kisah kucing tanpa ekor yang tengah ramai diperbincangkan di sekitaran Kiringsapua, sebuah daerah yang dihuni sekitar 50 kepala rumah tangga. Daerah yang dikelilingi pohon biduri, sebuah pohon yang dipercaya bagi sebagian masyarakat sebagai tumbuhan pengusir makhluk halus.

"Kucing tak berekor itu tidak mencuri uang, tapi dia mencuri keperawanan perempuan muda di sini," katamu, "dan dia bisa berubah jadi lelaki berwajah rupawan penuh kharisma, sehingga perempuan mana pun tidak akan menolak ketika diajak bersuka cita hingga pagi menjelang."

Aku yang mendengar kisah haru itu lantas berpikir dalam hati. Jangan jangan ini adalah....

Kau memotong pembicaraanku di telepon. Tiba tiba kau matikan panggilanku ketika aku sedang asyik berbicara mengenai lomba lari karung yang kujuarai. 

Kembali kuketik nomor teleponmu lalu kutekan 'hubungi lagi'.

 ... ... ....(tiik... tiiik...nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan... .... )

Kau masih belum menjawab. Aku jadi gelisah. Pikiranku seketika kalut dipenuhi tanda tanya. Kau hilang bagai ditelan angin. 

Di sebuah jembatan kecil yang tak jauh dari rumah, aku menulis sajak. Satu demi satu ketika sajak itu selesai kutulis, aku lantas membuang kertasnya ke bawah aliran sungai. Air mataku tak sanggup menahan perih. Semenjak mendengar kabar bahwa kau bunuh diri di jembatan ini, hatiku merasa ingin setiap waktu berada di sini. Berkomunikasi denganmu meski yang bisa kulakukan hanya dengan menulis rangkaian kata puitis. Bukankah itu kesukaanmu, kan?

Tiba tiba seseorang yang tidak kukenal datang dari ujung jembatan. Perlahan langkah kakinya mendekatiku. Dari jauh ia terlihat seperti seorang perempuan. Rambutnya putih dan berkacamata. Ketika sampai di depanku Ia membungkuk sambil menunjuk sungai yang tepat berada di bawah kami. 

"Nak, 23 tahun silam seorang perempuan muda melahirkan di sini. Tapi karena ayahnya tidak jelas, ia lalu membuang bayinya ke sungai. Aku hanya menolong persalinan perempuan itu, Nak. Aku sempat melihat, bayinya perempuan, mirip sekali dengan ibunya."

"Nenek tahu siapa nama perempuan itu?"

"Su.. Su.. Su..su.. wan.."

Sebuah bayangan hadir di depanku. Aku yakin orang itu kini berada tepat di belakangku. Nenek tua itu tidak bisa melanjutkan kata katanya, ia seketika bisu dan anehnya nenek itu langsung melompat dari jembatan. Di akhir kata katanya aku sempat mendengar ia berkata ... ti, sebelum akhirnya suaranya hilang. Aku berbalik arah. Seorang lelaki melangkah cepat menjauhi tubuhku. 

Tubuhku seketika tak mampu bergerak. Kepalaku dipenuhi tanda tanya. Antara ingin melanjutkan tidur atau langsung menuju kamar kecil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun