Indonesia banyak memiliki titik perbatasan darat dan laut dengan negara-negara tetangga. Salah satu contohnya adalah Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan yang berada di Kalimantan Utara.Â
Pulau Sebatik merupakan salah satu dari beberapa pulau atau kota di Kalimantan yang berbatasan langsung dengan Negara Malaysia. Jarak antara Sebatik dengan negeri jiran bisa terbilang sangat dekat, sehingga dapat mempermudah masyarakat untuk bepergian ke Malaysia.Â
Tidak hanya itu, salah satu acara di stasiun televisi ternama juga bahkan pernah memberitahukan bahwa ada salah satu rumah warga di Sebatik yang ruang tamunya Indonesia namun dapurnya Malaysia, unik sekali bukan.
Namun, nampaknya kemudahan ini tidak selamanya berdampak positif untuk masyarakat yang ada diperbatasan. Hal ini dikarenakan, kemudahan-kemudahan ini membuat masyarakat diperbatasan menjadi terlena bahkan ketergantungan terhadap produk-produk yang dihasilkan dari negeri jiran tersebut, khususnya kebutuhan pokok.Â
Kondisi ini dapat dibuktikan dengan banyaknya jumlah produk dari Negara Malaysia yang masuk wilayah perbatasan. Selain ketergantungan kebutuhan pokok, masyarakat perbatasan juga mengancam akan pindah kewarganegaraan.Â
Ketergantungan kebutuhan pokok dan ancaman ini nampaknya akan menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah, mengingat kurangnya perhatian pemerintah pada wilayah perbatasan. Â
Upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi ketergantungan dan ancaman ini adalah dengan menyediakan kebutuhan pokok yang berkualitas dengan harga terjangkau, selain itu pemerintah juga harus melakukan sosialisasi.Â
Sosialisasi ini bisa dimulai dari sekolah-sekolah, dengan materi tentang wawasan kebangsaan bangun kesadaran untuk cinta tanah air. Mengapa sosialisasi ini harus dimulai dari sekolah-sekolah bukan kepada bapak-bapak dan ibu-ibu?Â
Karena wawasan kebangsaan untuk cinta tanah air harus ditumbuhkan saat mereka masih anak-anak, hal ini bertujuan untuk mengantisipasi agar generasi yang akan datang tidak melakukan tindakan seperti ini lagi.
Setelah sosialisasi kesekolah-sekolah selesai, barulah pemerintah bisa melakukan sosialisasi kepada bapak-bapak dan ibu-ibu. Materi yang diberikan tidak jauh berbeda, masih seputar wawasan kebangsaan. Hanya saja penyampaiannya harus dipertegas, mengingat sulitnya materi ini untuk dilaksanakan.