Mohon tunggu...
Tari Abdullah
Tari Abdullah Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Nama lengkap Mudjilestari tapi lebih sering disapa dengan Tari Abdullah profesi sebagai penulis, conten creator, dan motivator. Ibu dari 4 anak berstatus sebagai single parent. Berdarah campuran sunda - jawa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sesal dalam Bingkai Rindu

7 Mei 2021   15:28 Diperbarui: 7 Mei 2021   16:36 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tadi ada telepon dari rumah, Bu," ucap sekretarisnya saat Tiar memasuki ruang kerjanya kembali. Perempuan itu mengerutkan alis, tak biasanya orang rumah menghubungi melalui telepon kantor. Seketika ingat ia telah mematikan ponselnya saat sedang rapat tadi. Hatinya mulai risau, jika bukan  hal penting, siapapun tak akan menelepon ke kantor.

"Mama," gumam Tiar lirih, mendadak perasaan tidak enak menyergap,  pikirannya mulai tidak tenang. Perempuan itu segera menghubungi ponsel mamanya, tapi beberapa kali mencoba, ponselnya tidak aktif. Tiar mulai cemas.

Tiba-tiba telepon di mejanya berdering, perempuan itu segera mengangkat.

"Mbak Tiar," Suara seseorang di seberang sana, seperti menahan tangis.

"Iya, Ris. Ada apa?" Rasa cemas mulai menyelimuti perasaan perempuan muda itu.

"Ibu, Mbak ... ibu...."

"Mama kenapa, Ris?" potong Tiar cepat, dadanya berdebar, firasatnya mengatakan sesuatu terjadi pada mamanya.

"Ris ...." Sepi tak ada suara dari seberang sana, hanya sesekali isak tangis terdengar lirih.

"Riska!" pekik Tiar ketika sambungan terputus. Dengan cepat ia membereskan meja kerjanya, lalu menyambar tas dan berlari keluar ruangan.

"Yesi,  tolong atur untuk pengajuan cuti saya selama tiga hari kedepan," pesannya pada sekretarisnya. Perempuan itu hanya mengangguk tak berani bertanya apapun.

Tiar segera memesan taksi menuju bandara, beruntung bisa mendapatkan tiket pesawat yang membawanya pulang ke Surabaya. Sepanjang penerbangan perempuan bertubuh mungil itu terus berdoa, berharap semoga tidak terjadi apa-apa pada mamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun