Sultan duduk di samping Lintang,  menatap setiap detail wajah Lintang  dengan penuh kerinduan. Mata sepasang pengantin itu berkaca-kaca.
Ditatap sedemikian rupa,  Lintang menunduk malu. Sultan  menyentuh dagu Lintang, mengangkatnya hingga keduanya  kembali bertatapan mesra. Jemari Sultan membelai setiap lekuk wajah Lintang, lalu menyentuh kedua tangan Lintang memegangnya dengan lembut, lalu mengecupnya hangat.
"I love you."
Kebahagiaan seperti membungkam Lintang, bibirnya kelu tak mampu berkata apa-apa. Hanya air mata haru berguliran dari sudut matanya yang seolah bicara. Â Sultan menghapus dengan jemarinya.
"Kenapa menangis, honey? I miss you," bisik Sultan
"I miss you too," balas Lintang lirih.
Sultan tersenyum, lalu  memeluk Lintang, perasaan merekapun menyatu, mengalir menghanyutkan luka yang tersimpan lama, meluapkan rindu ... serindu-rindunya.
"Siap untuk keluar? Para tamu menunggu."
Lintang mengangguk,
Sultan mengecup lembut bibirnya, seketika wajah Lintang merona malu. Sultan lalu mengaitkan tangannya ke pinggang Lintang, membimbingnya keluar. Keduanya tersenyum, menikmati debar jantung yang seirama menciptakan sonata indah yang mengalun syahdu.
Lagi-lagi mereka berpandangan lama, lalu akhirnya tersenyum bahagia seolah lepas sudah kepedihan demi kepedihan selama ini.
Kehadiran sepasang pengantin disambut dengan tepuk tangan meriah. Â Air mata haru tak henti menetes dari sepasang mata indah Lintang