Mohon tunggu...
M Topan Ketaren
M Topan Ketaren Mohon Tunggu... Konsultan Perkebunan (Advisor) at PalmCo Indonesia

Manajer senior dengan pengalaman 31 tahun di industri perkebunan. Bekerja dengan berorientasi pada detail dan pengembangan industri perkebunan.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Perkebunan Sawit di Dataran Tinggi: Memahami Batas Ekologis dan Tantangan yang Mengintai

12 September 2025   21:58 Diperbarui: 12 September 2025   21:58 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilustrasi Kerusakan Lingkungan (Longsor)
Ilustrasi Kerusakan Lingkungan (Longsor)

Pembukaan kebun sawit di dataran tinggi memiliki risiko ekologis yang signifikan. Lereng yang curam dan curah hujan tinggi dapat memicu:

  • Longsor,
  • Banjir bandang,
  • Hilangnya lapisan tanah subur (top soil).

Selain itu, sistem perakaran sawit yang relatif dangkal tidak mampu menahan tanah di lereng curam, sehingga memperburuk risiko kerusakan lingkungan. Dalam jangka panjang, praktik seperti ini dapat mengganggu keseimbangan ekosistem dan merugikan masyarakat sekitar.

Batas Ketinggian yang Ideal untuk Sawit

Berdasarkan pengalaman saya dan literatur yang tersedia, berikut batas ketinggian yang relevan untuk budidaya sawit:

  • 0--400 mdpl: Kondisi ideal, produktivitas optimal.
  • 400--500 mdpl: Pertumbuhan masih berlangsung, tetapi produksi mulai menurun.
  • 500--600 mdpl: Produktivitas turun drastis, tidak layak secara ekonomi.
  • Di atas 600 mdpl: Sawit hampir pasti tidak dapat berkembang dengan baik.

Sebagai perbandingan, kebun sawit di dataran rendah mampu menghasilkan 25--30 ton TBS per hektare per tahun, sementara di dataran tinggi hasilnya bisa anjlok menjadi hanya 10 ton per hektare per tahun, bahkan lebih rendah.

Alternatif Tanaman yang Lebih Sesuai untuk Dataran Tinggi

Jika suatu wilayah tidak cocok untuk sawit, bukan berarti lahan tersebut tidak memiliki potensi. Ada banyak tanaman lain yang justru lebih cocok untuk iklim dan kondisi tanah pegunungan, seperti:

  • Kopi Arabika, ideal pada ketinggian 800--1.500 mdpl.
  • Teh, yang menyukai daerah berkabut dan sejuk.
  • Kakao, yang cocok di dataran menengah hingga tinggi dengan teknik pengelolaan yang tepat.
  • Tanaman hortikultura, seperti kentang, wortel, stroberi, dan apel.

Dengan memilih tanaman yang tepat, masyarakat tetap bisa memperoleh keuntungan ekonomi yang berkelanjutan tanpa harus merusak ekosistem.

Dampak Negatif Jika Sawit Dipaksakan di Dataran Tinggi

Memaksakan budidaya sawit di dataran tinggi tidak hanya tidak produktif, tetapi juga membawa dampak buruk yang serius:

1. Kerugian Ekonomi

  • Biaya pembukaan lahan dan perawatan di daerah pegunungan jauh lebih tinggi.
  • Hasil panen yang rendah membuat kebun tidak layak secara finansial.
  • Petani dan investor berpotensi mengalami kerugian besar.

2. Kerusakan Lingkungan

  • Lereng curam memperbesar risiko longsor dan erosi.
  • Keanekaragaman hayati menurun karena ekosistem alami terganggu.
  • Sumber air dapat tercemar akibat sedimentasi dan limbah kebun.

3. Konflik Sosial

  • Masyarakat lokal yang kehilangan lahan atau sumber penghidupan sering kali menjadi korban.
  • Ketika kebun gagal, konflik antara investor dan warga setempat sulit dihindari.

Saran dari Pengalaman Pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun