Virus SuDuK menulari benakku, akhirnya. Tadinya mau bertahan sebagai pembaca saja. Tapi aku disodok Mas Sarwo Prasodjo dengan SuDuk-nya. Maka bangkitlah aku. Kutuliskan SuDuk ini. Sambil berharap ini SuDuk terakhir.
Terakhir? Ya, terakhir. Mengapa? Karena jenuh di-SuDuK melulu? Bukan. Tapi semata-mata karena aku ingin menjadi yang terakhir di sini. Sesederhana itu.
Ikhwal judul artikel ini, asal-usulnya harus dilacak ke masa duaribuan tahun lalu di tanah Yudea.
Waktu itu, di puncak salib Yesus Kristus di bukit Golgota, Pontius Pilatus menyuruh serdadu Romawi menempelkan plakat bertuliskan “Iesus Nazarenus Rex Iudaeorum”. Artinya, “Yesus orang Nazaret Raja orang Yahudi”.
“"Jangan engkau menulis: Raja orang Yahudi, tetapi bahwa Ia mengatakan: Aku adalah Raja orang Yahudi,” para imam kepala orang Yahudi protes keras kepada Pilatus.
“Apa yang kutulis, tetap tertulis!” kata Pilatus menolak tegas.
Begitulah asal-usul judul tulisan ini. Ini perlu kujelaskan demi mengungkap makna frasa atau kalimat itu. Sekaligus menghindari tuduhan plagiat.
Inilah maknanya. Berdasar fakta, terutama hasil amatannya saat mengadili Yesus, Pilatus yakin pada kebenaran simpulannya, bahwa Yesus orang Nazaret itu adalah benar Raja orang Yahudi.
Karena itu dengan tegas dia menolak permintaan para imam kepala orang Yahudi untuk mencabut tulisannya. Sekaligus menolak menggantinya dengan kata-kata yang diusulkan para imam itu.
Inti pelajarannya bagiku, sebelum menulis dan menerbitkan tulisan, aku yakinkan dulu diri tentang kebenaran fakta yang kuungkap, atau yang mendasari kesimpulanku. Maka urutan prosesnya bagiku adalah: yakin kebenarannya, tuliskan analisisnya, lalu terbitkan.
Karena itu aturanku adalah “Aku yakin kebenarannya maka aku tulis”. Atau, “Kalau sudah kutulis, berarti aku telah yakin kebenarannya.”