Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Humor Revolusi Mental #031: Bukit Lenyap Berkat Doa

1 Desember 2014   17:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:21 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Mujizat jaman nabi tak ada logikanya.Tak masuk akal, tapi terjadi.

Mujizat jaman kini ada logikanya.Artinya, bisa diterangkan dengan akal sehat.

Sekurangnya, begitu pengalaman sekelompok murid dan seorang guru di Desa Mausoko, Ende Flores, hampir setengah abad yang lalu.

Di desa pantai, sebelah barat kota Ende, itu sebuah sekolah partikelir baru didirikan.Letaknya di ceruk bukit karang, di tepi jalan, menghadap ke pantai.

Sayang, persis di halaman depan bangunan sekolah, di tepi jalan raya, teronggok bukit batu seukuran dua rumah.Bukit batu ini mengalangi pandangan langsung ke arah pantai, atau bentangan Laut Sawu yang indah.

Murid-murid sekolah tersebut, baru satu kelas, rupanya sangat sadar arti keindahan laut.Lalu pada suatu pagi, mereka menyampaikan keluhan kepada gurunya, seorang suster (biarawati Katolik), juga masih satu orang waktu itu.

“Suster, coba itu bukit batu bisa hilang, ya.Pasti pemandangan dari sekolah kita cantik sekali,” keluh para murid.

“Iya.Betul sekali itu.Tapi bagaimana cara menghilangkannya?”Suster bertanya.

Murid-murid terdiam.Tapi, selang beberapa saat, seorang murid bernama Pedro tunjuk jari untuk menyampaikan ide.

“Suster, bagaimana kalau kita berdoa saja.Suster pernah mengajarkan kepada kami, berdoalah maka akan dikabulkan,”usul Pedro dengan meyakinkan.

Sang Suster kaget juga mendengar usul Si Pedro yang seolah menggugat ajarannya itu.Sejenak setelah menenahgkan hati, kemudian Sang Suster berkata:

“Baiklah, anak-anakku.Usul Si Pedro baik sekali.Jadi, mulai hari ini, setiap pagi kita harus berdoa bersama, agar Tuhan melenyapkan bukit batu itu dari depan sekolah kita.”

“Baik, Suster,” jawab para murid serempak.

Maka, sejak pagi itu, para murid dan suster berdoa bersama kepada Tuhan agar sudi melenyapkan bukit batu itu dari depan sekolah mereka.

Hari demi hari, minggu demi minggu, dilalui tapi belum ada tanda-tanda bukit batu itu bergeser barang semilimeterpun.

Tapi para murid dan suster tak sedikikitpun mengendorkan doa mereka.Semangat terus dengan harapan penuh, pasti doanya dikabulkan.

Dan Tuhan memang Maha Pendengar lagi Maha Pemurah.Tepat pada hari keempatpuluh, sebuah bulldozer datang dan mulai menghancurkan bukit batu tersebut.Seorang pengusaha kontraktor kemudian menjelaskan kepada para murid dan suster, bahwa batu itu akan digunakan untuk keperluan peningkatan jalan yang melintas di depan sekolah tersebut.

Hanya dalam tempo dua minggu, bukit batu itu benar-benar lenyap dari depan sekolah, membukakan pemandangan maha elok ke arah pantai.Doa para murid dan suster benar-benar terkabul.

“Tuhan Maha Pemurah! Doa kita terkabul!”para murid, dan juga suster, bersorak kegirangan.

Tapi Pedro, dasar murid yang kritis, tak bisa terima mujizat begitu saja.Dengan nada ragu ia bertanya kepada suster:

“Suster, apakah benar Tuhan yang memindahkan bukit batu itu?”

“Tentu tidak, Pedro.Tapi Tuhan mengutus Pak Kontraktor untuk memindahkannya,” jawab Sang Suster penuh pengertian.

“Tapi, kenapa Pedro bertanya seperti itu?” Suster bertanya balik.

“Eengg, karena … karena saya … saya sebenarnya tidak ikut berdoa, Suster,” jawab Pedro terbata-bata, sambil menunduk malu.

“Iya, Tuhan juga tahu itu,” kata suster tetap tenang.“Makanya, Tuhan suruh Pak Kontraktor sisakan itu sebongkah batu untuk Pedro pindahkan ke belakang sekolah mulai besok.Itu hukuman untuk anak yang malas berdoa, Pedro,” lanjut suster sambil menunjuk ke arah bongkahan batu yang memang tertinggal di bekas pertapakan bukit batu itu.

“Haaaaah?!!Pedro berteriak nyaris pingsan, disambut riuh-rendah tawa teman-temannya.(*)

#Moral revolusi mental-nya: “Setiap harapan yang menjadi kenyataan adalah mujizat dari Yang Maha Kuasa, jangan pernah menepuk dada sendiri.”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun