Sayang saja, sih. Bangunan artefak sejarah stasiun yang unik itu ditelantarkan. Hanya jadi sarang hewan liar dan, mungkin, hantu-hantu stasiun (?)
Rangkasbitung: Yang Terancam
Stasiun Rangkasbitung kini sedang direvitalisasi menjadi stasiun modern berlantai dua. Namanya menjadi Stasiun Rangkasbitung Ultimate, stasiun utama yang menghubungkan Rangkasbitung ke Jakarta, Merak, dan direncanakan ke Pandeglang (reaktivasi jalur lama).
Perhatianku terarah pada bangunan stasiun tua yang melintang di sisi utara stasiun. Bangunan ini didirikan SS tahun 1899 dan kini tercatat sebagai cagar budaya.
Dengan status cagar budaya, mestinya bangunan stasiun tua itu aman dari perubuhan. Tapi tak urung ada rasa cemas di hati juga. Ini di Indonesia, Bung! Pasal-pasal UU semacam pasal UU Pemilu tentang syarat Cawapres aja bisa diubah. Apalagi cuma status bangunan cagar budaya.
Setiap kali berdiri di peron Stasiun Rangkasbitung, dan menatap bangunan stasiun tua itu, aku merasa keberadaannya terancam. Bangunan baru stasiun yang megah tapi dingin dan sombong itu seakan siap melumatnya.
Tapi mudah-mudahan nasib bangunan stasiun tua Rangkasbitung itu seperti temannya di Stasiun Jatinegara. Bangunan tua Stasiun Jatinegara tetap berdiri anggun seperti sedia kala di sisi selatan peron. Itu elok sekali.
***
Ini cuma catatan receh dari seorang pelanggan setia KAI; aku, orang yang kebetulan menyukai bangunan tua, artefak sejarah yang tak mungkin diulang.
Aku hanya bisa berharap. Mudah-mudahan KAI tidak berpikir untuk menghapus jejak-jejak sejarah panjang perkeretaapian nasional. Sekecil apa pun itu.
Aku cinta kereta api. [eFTe]