Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Suatu Sore Menghangati Pertemanan di Kopitiam Kok Tong Siantar

5 Oktober 2025   17:05 Diperbarui: 6 Oktober 2025   08:47 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada tiga perkara yang bikin pertemanan menjadi suam-suam kuku. Jarak geografis yang memisahkan terlalu  jauh; waktu keterpisahan yang sangat lama; kesibukan yang menyita seluruh perhatian.

Demikianlah tiga perkara itu -- jarak, waktu, dan sibuk --  sedikit banyak telah mengurangi kehangatan pertemananku dengan Pastor Hen Sihotang, OFM Cap  dan Lae Jay Wijayanto. 

Sedikit bocoran  tentang kedua temanku yang baik budi ini. 

Pastor Hen adalah teman lama, kawan sekelas di SMP Seminari Menengah Christus Sacerdos (SMCS) Pematangsiantar pada paruh pertama 1970-an. Misteri ilahi, dia terpilih menjadi imam, sedangkan aku menjadi awam. Kini dia menjadi pastor formator di almamater kami itu. 

Sebaliknya, Lae Jay adalah teman baru. Kami bersua di WAG eks-seminari tiga tahun lalu. Dia anggota bilangan yang terbuang dari Seminari Menengah Santo Petrus Canisius Mertoyudan, Magelang. Karena sama prihatin atas gejala anarkisme dalam pembawaan musik liturgi gereja Katolik, maka kami bersepakat membantu pembenahan mulai dari seminari -- sekolah calon imam Katolik. Kebetulan kami berdua cocok: dia pelaku musik, aku penyuka musik. Pas banget, kan?

Singkat cerita, melawan angin monsun pada awal Desember 2024 lalu, sebuah pesawat terbang mengusung raga Lae Jay dan aku dari Cengkareng ke Kualanamu; selanjutnya perjalanan darat ke Pematangsiantar (Siantar). Destinasi akhir adalah SMCS Siantar di Jalan Farel Pasaribu, dahulu Jalan Lapangan Bola Atas.

Selingannya di perjalanan, brunch dengan lauk burung ruak-ruak goreng di Sinaksak, Siantar. "Kita butuh kenikmatan oral," kata Lae Jay. Dia benar belaka. Untuk apa kita dikaruniai mulut, gigi, dan  lidah kalau bukan untuk, antara lain, mengecap dan mengunyah makanan nikmat? Lidah itu gunanya bukan untuk menjilat pemenang Pilpres, bukan? 

Tiba tengah hari di pastoran SMCS, Lae Jay dan aku disambut para pastor yang ramah, juga oleh hidangan makan siang yang enak di refter. Adat orang Batak, wajib makan bersama dengan tuan rumah. Jangan harap kami menolak walau sudah makan burung goreng. 

Pastor Hen, tentu saja, ada di situ dengan senyum khasnya yang mewartakan keramahan Batak Humbang Hasundutan . Sebuah saling-peluk erat hangat antara dia dan aku teranyam. Itu tak berlebihanlah setelah kami  terpisah oleh jarak dan waktu selama hampir setengah abad.

Lae Jay dan aku hadir di SMCS untuk tugas pelatihan musik liturgi Gereja Katolik bagi para seminaris. Tiga hari lamanya, Jumat sampai Minggu, 6-8 Desember 2024. Total 15 jam durasinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun