Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Emosi pada Suatu Pagi: Cerita Perjalanan dengan 3 Moda Angkutan Umum

20 Agustus 2025   18:39 Diperbarui: 21 Agustus 2025   18:00 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sopir mobil sewaan daring sedang menyetir di pagi hari. (Dokumentasi Pribadi)

Sementara iru kereta mendesing halus mengantarku, seorang pendosa, ke Rangkasbitung.

Sambil menunggu kereta lewat di perlintasan, sopir angkot Rangkasbitung ngobrol santai dengan temannya yang naik motor. (Dokumentasi Pribadi)
Sambil menunggu kereta lewat di perlintasan, sopir angkot Rangkasbitung ngobrol santai dengan temannya yang naik motor. (Dokumentasi Pribadi)

Damai di Angkot

Kereta komuter berhenti di Stasiun Rangkasbitung Ultimate yang sedang dibangun ulang. Istriku dan aku bergegas keluar dari gerbong, menyusuri peron darurat, larut dalam kerumunan penumpang yang turun dan yang naik.

Hari masih pagi. Matahari bersinar cerah. Langit berhias gemawan tipis. 

Tapi Rangkasbitung tak terlihat bergegas. Kota ini memang tampak bergerak lambat. Pasar dan terminal di samping stasiun adem-ayem saja.

“Pak, Bu, gua!” Seorang supir angkot “merah-putih” (livery) menawarkan tumpangan di depan stasiun. 

Karena kerap ke Gua Maria Bukit Kanada, supir angkot itu dan beberapa yang lain sudah kenal wajah kami. Wajah-wajah “manusia gua”. Kami pun sudah hafal wajah mereka. Jadi kami mengenal supir-supir itu sama seperti mereka mengenal kami. Kenal wajah doang, tapi kami (sudah sok) akrab. 

Supir itu menuntun kami ke terminal yang tenang. Benar-benar tenang. Tak ada teriakan para calo menawarkan angkot dan bus seperti dalam sinetron “Preman Pensiun”. 

Begitu kami berdua naik angkot, supir langsung menyalakan mesin, injak pedal kopling, masuk persneling satu, lepas pedal kopling dan injak pedal gas simultan, angkot bergerak keluar terminal menuju Gua Maria Bukit Kanada.

Itu benar-benar “angkot pribadi”. Hanya kami berdua, istriku dan aku penumpangnya. Selalu begitu adanya, bukan sekali itu saja. Itulah bagian dari kenikmatan berziarah ke Gua Maria Bukit Kanada: dimanjakan sopir angkot Rangkasbitung.

Angkot tak perlu ngetem sampai penuh baru jalan. Begitulah langgam angkot Rangkasbitung. Para sopir itu sungguh menghargai penumpang. Ada penumpang naik, satu atau dua orang, langsung jalan. Terberkatilah mereka, para sopir yang baik hati itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun