Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gondang Bolon Batak: Suaka Terakhir di Hutatinggi Toba [Bagian 4]

13 Oktober 2022   21:49 Diperbarui: 27 April 2023   04:44 1219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Umat Ugamo Malim  berdoa bersama dengan iringan Gondang Bolon dalam upacara Pameleon Bolon Sipahalima tahun 2017 di Hutatinggi Laguboti Toba(Foto: Jones Gultom via medanbisnisdaily.com)

Ritual Pameleon Bolon Sipahalima Ugamo Malim di Hutatinggi, Laguboti Toba adalah suaka terakhir bagi Gondang Bolon Batak yang asli. Parugamo Malim, atau Parmalim, adalah pemangku kelestarian gondang sebagai repertoar doa kepada Mulajadi Na Bolon.

Dalam artikel sebelumnya (Bagian 2), saya sudah sebutkan Gondang Bolon Batak terintegrasi ke dalam Ugamo Malim sebagai ansambel musik religi. Gondang di situ berfungsi sebagai doa pujian, permohonan, dan syukur kepada Dewata Mulajadi Na Bolon, Asal-mula Yang Agung.

Hal itu terjadi karena, bertolak-belakang dengan Gereja HKBP dan Katolik (baca Bagian 3), musik diatonis Barat ditolak dalam Ugamo Malim. Sebagai  religi asli Batak, Ugamo Malim mempertahankan Gondang Bolon sebagai musik peribadatan.

Gondang Bolon itu inheren dalam ritual Ugamo Malim sebagai wahana penyampaian tonggo-tonggo, doa, kepada Mulajadi Na Bolon.  Parmalim berkomunikasi dengan Dewata Mulajadi Nabolon melalui media komunikasi Gondang Bolon. Karena itu gondang diperlakukan sebagai "bahasa musik yang sakral".

Fungsi mutlak Gondang Bolon itu terutama terlihat pada ritual Pameleon Bolon Sipahalima, Persembahan Agung Bulan Kelima dalam penanggalan Batak.  Ini ritual terbesar dalam Ugamo Malim.  


Ritual Sipahalima itu selalu dilaksanakan di pusat Ugamo Malim yaitu di Bale Pasogit Parsantian Hutatinggi, Laguboti-Toba. Pelaksanaannya, selama tiga hari, jatuh dalam rentang bulan Juni-Agustus.

Pelaksanaan Sipahalima itu selalu memanggungkan Gondang Bolon (Sabangunan) sebagai bagian integral peribadatan.  Bisa dikatakan, ritual Sipahalima tidak sah apabila tidak disertai Gondang Bolon.  Itu sebabnya Sipahalima layak disebut suaka terakhir Gondang Bolon yang asli.

Tapi sebelum membahas hal itu, perlu menjelaskan apa dan bagaimana Ugamo Malim terlebih dahulu. Secara ringkas saja, sebagai pengenalan konteks sosial.

Sekilas tentang Ugamo Malim

Walau sejumlah peneliti menyimpulkan Ugamo Malim itu adalah sinkretisme, pemaduan ajjaran religi Batak, Hindu, Islam, dan Kristen, di sini  saya hendak menjelaskan religi itu menurut pemahaman penganutnya saja.

Dalam kerangka pemahaman Parmalim, Sisingamangaraja XII adalah pendeta-raja untuk religi asli Batak Toba yang diwariskan leluhur secara turun-temurun sejak era Si Raja Batak, entitas Batak pertama.  

Sisingamangaraja XII sendiri tidak menamai religi asli itu sebagai Ugamo Malim.  Tapi Parmalim kemudian hari meninggikan posisinya sebagai sosok Malim Ni Debata  Na Pitu Hali Malim, Utusan Suci Dewata yang Tujuh Kali Suci.  Penyebutan angka pitu, tujuh, di situ adalah pengakuan akan kesempurnaan religiositas.

Terdapat silang-pendapat apakah ajaran Ugamo Malim itu diamanatkan Sisingamangaraja XII kepada Guru Somalaing Pardede atau Raja Mulia Naipospos?  Keduanya adalah parbaringin, pendeta, di wilayah Baligeraja dan Laguboti Toba di masa Perang Batak (1878-1907). 

Kesimpulan sementara, bisa dikatakan, Guru Somalaing adalah perintis Ugamo Malim sebagai bentuk perlawanan messianistik kepada duet "bedil dan Injil", Pemerintah Kolonial Belanda dan Zending Protestan. 

Sedangkan Raja Mulia Naipospos adalah tokoh penegak Ugamo Malim sebagai sebuah religi asli Batak yang terlembaga atau terorganisir.

Raja Mulia Naipospos kemudian menjadi Ihutan Bolon, Imam Besar, pertama Ugamo Malim  di Tanah Batak. Atas izin Pemerintah Kolonial Belanda, dia membangun Bale Pasogit Parsantian, rumah ibadah Ugamo Malim di Hutatinggi, Laguboti tahun 1921. Sekaligus menjadikan kampung itu sebagai pusat Ugamo Malim. 

Suksesi Ihutan Bolon Ugamo Malim berlangsung mengikuti garis patrilineal. Setelah Raja Mulia Naipospos wafat (1956), posisi Ihutan Bolon dipegang  putra tunggalnya, Raja Ungkap Naipospos. Dari Raja Ungkap (meninggal 1981) posisi itu turun kepada putra sulungnya, Raja Marnangkok Naipospos. Lalu dari Raja Marnangkok (meninggal 2016)  turun kepada adiknya, Monang Naipospos (sejak 2017).

Ugamo Malim mengimani Dewata Mulajadi Nabolon sebagai Tuhan Yang Maha Esa, pencipta alam semesta dan segala isinya. Mulajadi Nabolon dipercaya mengejawantah dalam tiga kuasa adikodrati yaitu Batara Guru (kuasa penciptaan, sumber kekuatan), Debata Sori (kuasa pengaturan, sumber kesucian), dan Bala Bulan (kuasa pembaruan, sumber rejeki ).

Di bawah tiga kuasa adikodrati itu, Ugamo Malim juga mengimani tiga dewata  yang "turun ke bumi" yaitu Boru Deakparujar (Bunda Segala Orang Batak), Boru Saniangnaga (dewata penguasa  air), dan Naga Padohaniaji (dewata kesuburan tanah).

Selain itu, Ugamo Malim mengakui sejumlah persona sebagai Malim ni Debata, nabi atau orang suci utusan Mulajadi Na Bolon. Mereka adalah Raja Uti (peletak dasar ajaran Malim), Tuhan Simarimbulubosi (perumus ajaran Malim, penebus umat manusia), Sisingamangaraja (penyebar ajaran Malim), dan Raja Nasiakbagi (pengukuh ajaran Malim).

Raja Nasiakbagi diyakini sebagai inkarnasi Sisingamangara XII yang bisa muncul kapan dan di mana saja dalam sosok "orang melarat". Raja Mulia Naipospos diyakini sebagai murid utama Sisingamangaraja XII atau Raja Nasiakbagi.

Parmalim juga mengakui eksistensi Raja Na Opatpulu Opat yang bersemayam di delapan penjuru mata angin.  Istilah "Opatpulu Opat", empatpuluh empat, di situ adalah lambang Suhi Ni Ampang Naopat (empat sudut bakul) dalam struktur asli masyarakat Batak yaitu hula-hula (pemberi istri, representasi Batara Guru), boru (penerima istri, representasi Bala Bulan), dongan tubu (kerabat sedarah, representasi Debata Sori) dan raja (pemimpin).

Dalam keyakinan Parmalim, agar kemakmuran dan ketenteraman manusia Batak tercapai, maka relasi sosial antar empat unsur itu  harus didasarkan pada nilai-nilai  somba (hormat) marhula-hula, elek (kasih) marboru, manat (hati-hati) mardongan tubu dan unduk (taat) marraja. 

Dalam menjalankan ajaran hamalimon (ke-malim-an) Parmalim melakoni tujuh ritual keagamaan yaitu:

  • Marari Sabtu, ibadat rutin setiap Sabtu;
  • Martutuaek, ibadat sambut kelahiran anak;
  • Pasahat Tondi, ibadat doa untuk jiwa (tondi) orang mati;
  • Mardebata, ibadat persembahan kepada Dewata;
  • Mangan Napaet (Makan yang Pahit), ibadat mohon ampunan dosa kepada Dewata pada akhir tahun penanggalan Batak;
  • Sipahasada, upacara peringatan kelahiran Tuhan Simarimbulosi pada bulan pertama penanggalan Batak;
  • Pameleon Bolon Sipahalima, upacara persembahan agung untuk menyatakan syukur kepada Mulajadi Na Bolon selepas panen pada bulan kelima penanggalan Batak.

Dari tujuh ritual peribadatan Ugamo Malim itu, upacara Pameleon Bolon Sipahalima adalah yang terbesar. Seperti disinggung di atas, Gondang Bolon Batak terintegrasi pada Sipahalima, sebagai bagian dari tonggo, doa, umat Ugamo Malim kepada Mulajadi Nabolon.  

Ritual Sipahalima: Suaka Terakhir Gondang Bolon Batak 

Ritual Pameleon Bolon Sipahalima pada dasarnya adalah peristiwa pemulihan hubungan umat Ugamo Malim dengan Mulajadi Nabolon,  Sang Pencipta Agung, Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam upacara Sipahalima, Parmalim sedunia hadir untuk melaksanakan ibadah secara berjamaah di komplek Bale Pasogit Hutatinggi. Dipimpin oleh Ihutan Bolon, setelah mohon ampun atas kesalahan, mereka menaikkan pujian dan syukur kepada Mulajadi Nabolon atas segala berkah-Nya --berupa hasil panen sawah/ladang dan ternak yang melimpah -- dalam satu tahun. Wujud syukur itu adalah penyampaian pelean bolon, kurban persembahan besar berupa lombu sitio-tio (lembu) dan aneka sajian dari hasil bumi dan ternak kepada Mulajadi Nabolon. 

Pada upacara Sipahalima itu Gondang Bolon Batak sungguh dipanggungkan sebagai tonggo-tonggo kepada Mulajadi Nabolon, berikut tiga kekuatan adikodratinya, serta kepada para dewata yang "membumi" dan para Malim ni Debata. 

Tonggo-tonggo atau doa umat itu secara keseluruhan disebut Gondang Sipitu, walau sebenarnya terdiri dari 11 repertoar. Urutannya sebagai berikut:  

  • Gondang Lae-lae (Elek-elek):  mohon izin memulai upacara penghormatan kepada Mulajadi Nabolon;  
  • Gondang Sahala Raja: pengakuan kepada Mulajadi Nabolon, pencipta alam raya dan segala isinya;
  • Gondang Batara Guru: pengakuan atas dayacipta tiada tara dari Mulajadi Nabolon, yang diwujudkan Batara Guru;
  • Gondang Debata Sori: pengakuan atas kesucian  Mulajadi Nabolon, yang diwujudkan Debata Sori;
  • Gondang Bala Bulan: bersyukur atas semua rejeki dari Mulajadi Nabolon, yang diwujudkan Bala Bulan;  
  • Gondang Mulajadi Nabolon: berserah diri pada kehendak Mulajadi Nabolon;
  • Gondang Habonaron: pengakuan atas kesucian dan kejujuran yang ada di tengah masyarakat;
  • Gondang Marnini: mohon kepada Mulajadi Nabolon agar memberi umur panjang dan rejeki;
  • Gondang Sibane-bane: mohon keselamatan kepada Mulajadi Nabolon;
  • Gondang Sitio-tio:  mohon kesempurnaan lahir-batin bagi anak laki-laki dan perempuan;
  • Gondang Hasahatan:  pernyataan syukur karena upacara telah terlaksana secara sempurna. 

Hanya setelah menggelar Gondang Sipitu, barulah keseluruhan rangkaian kegiatan Sipahalima dapat dilakukan. Termasuk ritual inti penyampaian pelean bolon yaitu penyembelihan ternak lembu atau kerbau dan ayam berbulu putih yang terpilih untuk keperluan itu.

Selain gondang kepada Mulajadi Nabolon, dalam upacara Sipahalima dinaikkan juga gondang penghormatan kepada dewata "yang turun ke bumi", antara lain Gondang Siboru Deak Parujar, Gondang Siboru Saniangnaga, dan Gondang Naga Padohaniaji. Juga gondang kepada para utusan suci Dewata, seperti Gondang Siraja Uti, Gondang Tuhan Simarimbulubosi, Gondang Sisingamangaraja, dan Gondang Raja Nasiakbagi.

Agar bisa lebih memahami keterlekatan Gondang Bolon Batak dalam ritual Ugamo Parmalim, sangat baik jika menyimak film dokumenter Pameleon Bolon Sipahalima berikut (Kanal Youtube Hadi Artomo): 


Film dokomenter itu dengan jelas menunjukkan fungsi Gondang Bolon -- berikut tortor atau gerak tari --dalam ritual Sipahalima Ugamo Malim sebagai tonggo-tonggo, doa, kepada Mulajadi Na Bolon dan para utusan sucinya. Itulah fungsi dan makna asli Gondang Bolon, sebagaimana dahulu ditegakkan oleh leluhur orang Batak.

Wasanakata

Sejatinya semua pargonsi, penampil Gondang Bolon Batak, di Tanah Batak mampu nemainkan repertoar Gondang Sipitu dan gondang-gondang lain yang menjadi doa Ugamo Malim.  

Masalahnya, bagi para pargonsi yang beragama Protestan dan Katolik, memainkan gondang-gondang itu "sesuai pemaknaan asli" akan menjadi pengingkaran terhadap imannya.

Konflik iman seperti itu menjadi faktor pembatas dalam pengintegrasian Gondang Batak ke dalam musik ritual Protestan dan Katolik. Memang pendekatan gereja inkulturatif secara terbatas telah mengadopsi gondang dalam musik gerejawi. Itu pantas dihargai. Tapi juga harus  diakui gondang senantiasa disubordinasikan terhadap musik diatonik (Barat) gereja.

Jadi suaka terakhir bagi Gondang Bolon sebagai doa kepada Mulajadi Na Bolon, tak bisa lain, hanyalah Pameleon Bolon Sipahalima Ugamo Parmalim. Beruntung Sipahalima telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia (2016). Sehingga statusnya sebagai suaka Gondang Bolon menjadi lebih pasti.

Tapi itu saja tidak cukup. Diperlukan dukungan kongkrit khususnya Pemerintah Daerah untuk memfasilitasi kelangsungan Ugamo Malim dengan segala ritualnya, terutama Sipahalima. 

Sipahalima itu bukan saja aset religi dan budaya, tapi juga aset wisata religi dan budaya Batak. Dia adalah modal sosio-religi yang berpotensi memberi sumbangan sosial-ekonomi signifikan bagi masyarakat dan daerah Toba. (eFTe)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun