Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Koruptor Lebih Hina Dibanding Maling

13 September 2021   06:22 Diperbarui: 13 September 2021   13:16 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tersangka koruptor (Foto: tribunnews.com)

Sekarang berkembang wacana melabel koruptor sebagai maling. Maksudnya untuk lebih mempermalukan. Sebab maling itu dianggap kegiatan atau orang yang sangat hina.

Itu salah! Justru koruptorlah yang lebih hina dibanding maling. Saya jelaskan di bawah ini.

Koruptor itu mengambil secara tidak sah harta milik publik, perusahaan, atau perorangan yang diamanatkan padanya untuk maksud memperkaya diri sendiri.

Perhatikan ada tiga ciri sosial negatif pada koruptor: mencuri (mengambil secara tidak syah), berkhianat (mencuri harta yang diamanatkan), dan serakah (menguasai harta pihak lain untuk nemperkaya diri sendiri). 

Maling? Maling itu mengambil secara tidak sah harta milik publik, perusahaan, atau perorangan yang tak diamanatkan padanya untuk maksud memperkaya diri sendiri.

Hanya ada dua ciri sosial negatif pada maling: mencuri dan serakah. Dia tidak berkhianat, karena tak mencuri harta yang diamanatkan padanya.

Jadi jelas koruptor lebih hina dibanding maling, sekurangnya karena satu alasan: koruptor itu pengkhianat, sedangkan malung tidak.

Tambahan. Koruptor itu dungu, karena hanya bisa mencuri harta pihak lain yang "dipegang" olehnya. Sedangkan maling itu pintar, karena bisa mencuri harta yang "dipegang" oleh pihak lain.  

Jadi? Masih mau melabel koruptor sebagai maling? Itu seperti mereduksi kadar kejahatan koruptor. Ah, jangan-jangan pelontar wacana itu pro-koruptor. Mikir! (eFTe)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun