Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Poltak #054] Menjadi Lelaki Itu Berat

7 Juni 2021   16:42 Diperbarui: 7 Juni 2021   18:16 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kolase oleh FT (Foto: kompas.com/dok. istimewa)

"Sudah! Gantian! Kau yang pegang bajak!"  Nenek Poltak palak,  naik pitam, karena Poltak tak mampu mengendalikan arah langkah kerbau dari ujung auga.

Kejadian selanjutnya adalah malapetaka.  Poltak menancapkan mata bajak terlalu dangkal, sehingga kerbau melangkah terlalu cepat. Gerak bajak kacau tak terkendali. Poltak terjatuh lalu terseret di atas lumpur sawah, menggantikan fungsi bajak.

"Menjadi laki-laki itu berat, amang.  Kau harus belajar keras.  Kau harus bisa melakukan semua pekerjaan laki-laki di sawah."  Nenek Poltak menasihati cucunya itu setiap kali selesai membajak.

"Olo, Ompung."  Poltak mengiyakan semua nasihat neneknya.  Walau dia kerap mengeluh dalam hati, "Berat kalilah jadi laki-laki tani." Lalu kadang menghibur diri, "Ah, kelak aku kan jadi insiniur kebun.  Bukan petani sawah."

Tapi Poltak jadi mengerti ucapan kakeknya, "Suatu saat nanti, Ompung akan mematukmu."  Kakeknya telah mematuk Poltak di tengah sawah. Patukan yang menyakitkan, tapi mendewasakan.

Sebenarnya, dalam beberapa hari,  kemampuan Poltak mengendalikan auga dan bajak sudah mengalami kemajuan.  Saat dia pegang auga, arah gerak kerbau sudah stabil lurus.  Begitupun saat gantian memegang bajak, arah dan kedalaman mata bajak sudah cukup stabil.  Poltak sudah siap menjadi lelaki petani. 

Sudah sepuluh hari sejak kakeknya menjali opname di rumah sakit.  Hari kesebelas, pagi,  "Poltak.  Nanti kau minta ijin tidak masuk sekolah besok, ya? Besok kita akan menjenguk ompungmu di Siantar." Neneknya mengingatkan Poltak saat akan berangkat ke sekolah.  

"Menjenguk ompung? Ke Siantar?"  Mata Poltak berbinar-binar. (Bersambung)

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun