Matilah kau Poltak! Kampung leluhurmu kan tak jauh-jauh dari Balige.
Bahkan setelah cukup berumur pun, kebatakan Poltak tetap diragukan. Â Suatu hari dia mengantarkan anaknya olahraga lari ke Lapangan Senayan, Jakarta. Sambil menunggu anaknya kelelahan berlari, di parkiran Poltak menonton anak-anak sekolah sepak bola sedang latihan. Dua orang bapak lain di parkiran itu sibuk curi-curi pandang kepada Poltak.Â
Curiga ditaksir gay, Poltak langsung menyapa, "Bapak-bapak dari tadi melirik-lirik saya. Â Apa kita pernah ketemu?" Â
Kedua bapak itu tersipu. "Ah, tidak, Pak. Kami berdua dari tadi bertanya-tanya, kok tumben ada orang Jepang main di parkiran ini."
"Bah! Saya bukan orang Jepang, Pak." Â Langsung disambar, "Oh, mungkin orang Korea?" "Bukan. Saya orang Batak, Pak." "Wah, Bapak gak ada tampang orang Batak," balas mereka sambil tertawa geli.Â
Dua bapak itu mungkin gak salah-salah amat. Suatu hari Poltak bersama anak dan isterinya lewat di depan satu resto klub Jepang di Blok M Jakarta. "Lihat. Itu gambar laki-laki persis Bapak," anak Poltak tiba-tiba berteriak sambil menunjuk baliho resto. Â "Busyet, dah. Persis banget," umpat Poltak dalam hati sambil tertawa.
Keraguan atas kebatakan Poltak merembet juga  ke sekolah anaknya.  Saat Poltak mengantar anaknya ke sekolah, mulai dari SD sampai SMA, teman-teman anaknya selalu menanyai anaknya, "Bokap loe Cina, ya."  Ampun, deh.  Sepertinya sekolah kita perlu mata pelajaran Etnologi Dasar.
Tapi ada untungnya juga tampang Poltak yang tak meyakinkan itu. Â Kalau dia belanja barang ke Glodok atau Manggadua, selalu dikira "koko", sehingga boleh nawar harga sedikit agak keterlaluan. Â Dan biasanya berhasil. Â
Belajar dari pengalaman itu, kalau pedagangnya rekan etnis Cina, maka isterinya akan menyorongkan Poltak sebagai juru tawar. Â Hasilnya, ya, lumayanlah. Â Tapi kalau pedagangnya rekan kita Padang, Palembang, Makasar, dan Jawa, maka Poltak akan disimpan di belakang. Â Sebab kalau dia yang diminta menawar, jatuhnya pasti lebih mahal ketimbang hasil tawaran istrinya.
Herannya, kalau Poltak pulang kampung, tak seorang pun warga kampungnya yang berpikir bahwa Poltak itu orang Cina, Jepang, Korea, atau Menado. Â Semua orang sekampungnya yakin Poltak itu orang Batak.(*)