Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

E-Katalog Benih, Risiko Pemihakan dan Disinsentif Pertumbuhan

4 Oktober 2018   13:56 Diperbarui: 6 Oktober 2018   15:45 4300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: bintangpos.com

Potensi Disinsentif

Dengan dasar asumsi harga benih selama ini terlalu tinggi, pemerintah telah "menetapkan" harga rendah e-katalog. Maksudnya untuk mendorong produsen meningkatkan efisiensi produksi.

Tapi asumsi dasar itu layak diperdebatkan. Harga pokok produksi acuan e-katalog tampaknya merujuk pada angka survei yang under-estimate. Survei itu tak memasukkan kontribusi faktor-faktor non-teknis dalam pembentukan harga produksi.

Tujuan mendorong efisiensipun dilematis. Di satu sisi, pada tingkatan teknologi benih kini (existing), peningkatan efisiensi berimplikasi pereduksian perlakuan proses produksi benih dengan risiko penurunan mutu. Jika mutu benih turun, maka produktivitas/produksi pangan akan turun juga sehingga swasembada pangan nasional terancam.

Di lain sisi, mutu benih hanya dapat didongkrak melalui peningkatan teknologi. Artinya perlu inovasi dengan konsekuensi investasi yang payback-nya mustahil dibayar dengan margin tipis dari pasar benih e-katalog. 

Intinya, jangka pendek, patokan harga rendah e-katalog masih bisa dikompensasi produsen besar yang efisien dengan volume besar penjualan. 

Tapi, jangka menengah, harga rendah berpotensi disinsentif. Alasannya, pertama, karena harga rendah maka perusahaan tidak mampu menutup peningkatan biaya produksi akibat kenaikan harga faktor-faktor produksi benih (saprotan, bahan bakar, upah). 

Akibatnya, produsen akan membatasi transaksi e-katalog untuk menghindari kerugian perusahaan lalu fokus ke pasar bebas untuk meraih margin tinggi. Implikasinya, petani akan terkendala harga tinggi benih unggul bersertifikat, sehingga beralih ke benih "asalan" (non-sertifikat) dengan produktivitas rendah yang akan mengancam swasembada pangan.

Kedua, benih adalah "teknologi" yang harus ditingkatkan dari waktu ke waktu agar tidak usang. Perlu inovasi untuk peningkatan mutu benih dari sekadar inbrida konvensional ke teknologi hibrida modern dan genetically modified organism (GMO) atau transgenik.

Inovasi dimaksudkan untuk menemukan benih dengan keunggulan-keungulan ekonomi, biologis, dan ekologis tertinggi, sebagai solusi terhadap peningkatan cekaman biotik dan abiotik terhadap pertanian pangan di satu sisi, dan tuntutan peningkatan kebutuhan pangan seiring peningkatan jumlah penduduk di lain sisi.

Mengingat tingginya biaya riset inovatif, maka harga rendah e-katalog akan menjadi disinsentif peningkatan teknologi benih.Produsen benih tidak akan tertarik meningkatkan teknologinya. Akibatnya produk yang ditawarkan kepada pemerintah adalah benih usang dengan produktivitas rendah yang akan mengancam swasembada pangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun