Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Orang "Batak Dalam" dan "Batak Luar", Apa Bedanya?

11 September 2016   12:58 Diperbarui: 11 September 2016   18:39 1769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cicak, simbol orang Batak (wikimedia.org)

Perantau Batak di luar Tanah Batak itulah yang secara sosiologis saya kategorikan sebagai Batak Luar yang sesungguhnya. Sedangkan orang Batak yang tinggal menetap di Tanah Batak, disebut Bona Pasogit (Kampung Asal), adalah kategori Batak Dalam.

Di tanah rantau, kelompok sosial Batak Luar itu lazim mengorganisasi diri dalam punguan (himpunan, asosiasi) berdasar marga. Misalnya, Punguan Panjaitan dohot Boruna se-Jabodetabek (Himpunan orang Batak bermarga Panjaitan dan marga lain yang beristrikan putri Panjaitan). Setiap marga Batak di Jabodetabek, dan kota-kota lain di Indonesia punya himpunan semacam itu. Bahkan lingkup himpunannya bisa sampai taraf nasional dan dunia.

Menariknya, Batak Luar dan 'Batak Dalam' itu tersambung sama lain. Tidak saja secara kultural, tetapi terutama secara sosial, ekonomi, dan politik. 

Lebih menarik lagi, relasi itu cenderung asimetris. Batak Luar cenderung lebih kuat secara sosial, ekonomi, dan politik ketimbang Batak Dalam. Maka Batak Luar cenderung tampil dominan, superior. Sedangkan Batak Dalam menjadi subordinat, inferior.

Contoh-contoh berikut dapat memperjelas. Di bidang sosial, jika orang Batak Dalam menghadapi masalah hukum, misalnya sengketa tanah, maka mereka akan meminta dukungan dari Batak Luar praktisi hukum, misalnya hakim, jaksa, atau pengacara top di Jakarta.

Di bidang ekonomi, jika orang Batak Dalam mengalami masalah ekonomi, maka mereka akan minta dukungan juga kepada Batak Luar yang sukses, misalnya dukungan modal usaha. Sudah dari awal pula Batak Luar menjadi sumber pendapatan bagi Batak Dalam, khususnya melalui kiriman uang (remittance) rutin, berkala, atau insidental.


Di bidang politik, Batak Luar khususnya tokoh-tokoh partai politik adalah patron bagi Batak Dalam yang terposisikan sebagai klien. Batak Dalam adalah basis pendukung (konstituen) politik bagi politisi Batak Luar. 

Dapat dikatakan, relasi Batak Dalam dan Batak Luar cenderung berupa relasi ketergantungan. Ringkasnya, orang Batak Dalam tergantung secara sosial, ekonomi, dan politik kepada orang Batak Dalam. Sementara Batak Dalam sendiri hanya sebagai kiblat budaya (adat) bagi Batak Dalam.

Dominasi Batak Luar di satu sisi, dan ketergantungan Batak Dalam pada Batak Luar di lain sisi, memiliki dampak negatif dan positif sekaligus. Dampak negatifnya, Batak Dalam cenderung kurang inisiatif dalam pembangunan sosial, ekonomi, dan politik. Terlalu berharap pada inisiatif Batak Luar untuk membangun Bona Pasogit masing-masing.

Dampak positifnya, Batak Luar memang menjadi sumber modal sosial, ekonomi, dan politik untuk pembangunan Bona Pasogit. Dalam praktiknya, pembangunan sosial sangat menonjol, misalnya pembangunan sekolah unggulan, antara lain SMA Unggulan Soposurung Balige dan Institut Teknologi Del Laguboti.

Dominasi Batak Luar dan ketergantungan Batak Dalam seyogyanya dikoreksi. Idealnya adalah relasi simetris antara keduanya. Jika tidak, pembangunan Batak Dalam akan didikte oleh Batak Luar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun