Mohon tunggu...
@Bapaksocio_
@Bapaksocio_ Mohon Tunggu... Penulis - Pengajar dan juga Pembelajar Aktif

Menyukai kajian seputar isu pendidikan, sosial, budaya, dan politik.

Selanjutnya

Tutup

Seni

Luar Biasa! Mahasiswa ISBI Aceh Mengguncang Panggung Casablanca Sukma Bangsa Pidie

29 Maret 2024   11:45 Diperbarui: 29 Maret 2024   11:59 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SEPERTI tahun-tahun sebelumnya, memasuki semester 2 di setiap tahun ajaran baru, sekolah Sukma Bangsa Pidie menyelenggarakan serangkaian kegiatan yang dikemas dengan nama Casablanca. Casablanca merupakan akronim dari competition on academic sports and arts britiantly And creatively.


Kegiatan Casablanca sendiri merupakan bagian dari rangkaian panjang prosesn Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di Sekolah Sukma Bangsa Pidie, yang salah satu tujuannya adalah menarik simpati dan memberikan kesan positif bagi setiap warga pembelajar untuk datang dan kemudian bersekolah di Sukma Bangsa Pidie, baik untuk level SD, SMP dan SMA.

Jadi dalam prosesnya, beberapa sekolah di Pidie, Pidie Jaya, dan kabupaten sekitar diundanguntuk ikut serta dan berkompetisi di sekolah Sukma Bangsa Pidie, dengan panitia penyelenggaranya juga Sekolah Sukma Bangsa Pidie, sekolah yang diundang diminta untuk
mendaftarkan siswa terbaiknya untuk menunjukkan bakat dan skill terbaiknya baik dalam bidang akademik, olahraga dan keterampilan. Melalui kegiatan ini, sekolah Sukma Bangsa Pidie, berharap agar ada dari sekian banyak peserta yang akan terjaring dan menjadi bagian sekolah Sukma Bangsa Pidie di tahun ajaran baru mendatang, tentu sebagai siswa.


Nah, yang menariknya kali ini, pembukaan "Casablanca" Sekolah Sukma Bangsa Pidie yang berlangsung pada pekan lalu, 21 Februari 2024, berjalan sangat meriah. Betapa tidak, sebuah kampus yang kini sedang mendapat atensi dan nilai positif dari masyarakat Aceh --tentu oleh karena kiprah dan output mahasiswanya yang luar biasa, diundang untuk memberikan beberapa penampilan di hadapan para warga sekolah Sukma dan para kontestan yang berhadir.


Adalah kampus yang dimaksud yaitu Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI) Aceh yang datang dengan mahasiswa unggulannya ke sekolah Sukma Bangsa Pidie. Mereka menampilkan seabrik "kebolehannya" yang cukup memukau semua penonton dari berbagai
kalangan yang berhadir pada acara pembukaan. Apalagi saat seorang vokalis yang namanya tengah melambung akhir-akhir ini, yakni Lia Amalia, turut serta menyumbangkan penampilan terbaiknya. Ya, Lia Amelia menyanyikan beberapa tembang lagu di acara
pembukaan Casablanca, yang salah satunya berjudul ie bungong --lagu yang tengah populer darinya.


Bagi ISBI Aceh, adanya momentum pembukaan 'Casablanca' di Sekolah Sukma Bangsa Pidie merupakan hal penting dimana mereka berharap, selain dapat mempromosikan kampus ISBI yang sedang naik daun, juga dapat menarik simpati para siswa SMA di Sukma dan
sekolah sekitar untuk menyambung pendidikan tingginya di ISBI. Maka itu, ISBI Aceh datang dan membawa 'talent' terbaiknya ke hadapan publik warga Sukma Bangsa Pidie.


Aris Munandar, sebagai Kepala Unit Penunjang Akademik Ajang Gelar dan Dokumentasi Seni Budaya, yang ikut hadir bersama rombongan mahasiswa ISBI Aceh menuturkan, bahwa Aceh beruntung punya ISBI, karena di seluruh pulau Sumatera kampus ISBI cuman ada dua, di Aceh dan di Sumatera Barat. Sejauh ini, kampus ISBI Aceh sudah mendapat atensi positif
dari warga Aceh dan sekitarnya. Bahkan, ISBI Aceh menyediakan ragam beasiswa untuk mahasiswanya, meskipun biaya pendidikan persemesternya tergolong sangat murah dibandingkan dengan kampus lainnya.


Meskipun masih berstatus sebagai kampus plat merah, kata Syeh Muda Aris --sapaan akrabnya, ISBI Aceh sudah berhasil mengorbitkan beberapa mahasiswanya menjadi penyanyi dan vokalis yang kini sudah populer dan dikenal luas oleh masyarakat melalui lagu atau single yang dinyanyikannya. Salah satunya, tentu, adalah Lia Amelia.


Pengakuan Lia Amelia

Saya berkesempatan mengobrol panjang dengan Lia Amelia yang ternyata ia berasal dari Meulaboh, Aceh Barat. Lia --sapaan akrabnya, menyukai dunia tarik suara semenjak dari kecil dan ia mengakui sering kali mengolah vokalnya secara ototidak dengan cara melihat
video-video yang berseliweran di Youtube. Sadar dengan bakat dan hobinya yang ia rasa punya kesempatan untuk mendapat peran dalam masyarakat sebagaii vokalis dan penyanyi, ia memilih lanjut pendidikan tingginya di ISBI Aceh. Ia tidak ingin sekadar berkuliah yang hanya ikut-ikutan saja.


Nah, di ISBI Aceh, bakat vokalnya itu diasah hingga ia mulai menemukan versi terbaiknya. Ia mempelajari beberapa teknik secara teoritis di tahun pertamanya, dan kemudian ia rutin melakukan praktis dalam olah vokalnya. Hingga kemudian, Alhamdulillah qadarullah kata Lia, kini ia sudah dikontrak sebagai vokalis di Kasga Record --dapur rekaman yang populer dim asa Rafli Kande.

Benar saja, saat Lia Amelia menyanyikan lagu-lagu terbaiknya di pembukaan Casablanca pekan kemarin itu, semua penonton (termasuk saya) terperangah menyaksikannya. Sayapun sempat tercenung, betapa bibit-bibit dan vokalis Aceh dengan suaranya yang khas dan berkelas seperti demikian sebelumnya tidak pernah terdengar dan kini mereka populer ternyata hasil 'polesan' dari kampus yang lokasinya adalah di Jantho, kota yang berjarak puluhan kilometer dari ibukota Provinsi Aceh.


Sejarahnya
Jika melihat sejarahnya, ISBI Aceh bisa dikatakan sebagai kampus yang masih seumuran jagung, akan tetapi berhasil mencuri posisi terbaik dan pilihan masyarakat Aceh diantara dua kampus yang melekat padanya jantong hatee rakyat Aceh. Kampus mana lagi, kalau bukan; USK dan UIN Ar Raniry. ISBI Aceh diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia yang ke-6 yakni, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono. SBY --sapaan akrab beliau, melabuhkan tanda tangan terbaiknya di batu prasasti ISBI sebagai bentuk peresmian kampus tersebut tepatnya di penghujung masa pemerintahan periode jabatan keduanya, yaitu pada tanggal 6 Oktober 2014. Hingga saat ini ISBI Aceh tercatat memiliki lahan seluar 30 Ha di Kota Jantho, Aceh Besar, yang nantinya direncanakan akan dibangun kampus terpadu.


Dan berdasarkan cerita Syeh Muda Aris, ISBI Aceh sekarang baru memiliki 2 jurusan, yaitu Seni Pertunjukan dan Seni Rupa dan Desain. Seni Rupa dan Desain memiliki 4 Program Studi yaitu Seni Rupa Murni, Kriya Seni, Desain Komunikasi Visual, dan Desain Interior.


Sedangkan Jurusan Seni Pertunjukan juga memiliki 5 Program Studi, yaitu Seni Tari, Seni Karawitan, Seni Teater, Kajian Sastra dan Budaya, dan Bahasa Aceh. Disini, kita melihat jurusan yang ada oleh ISBI Aceh menjadi optimis akan datang sebuah era keemasan Aceh
yang kental dengan nilai budayanya, laiknya Aceh tempo dulu. Kita yakin, pada ISBI Aceh, budaya Aceh dengan segala bentuk local wisdomnya akan mendapat tempat dan pengembangan yang khas dan berdaya saing baik di tingkat lokal, nasional dan internasional.


Akan Adakan Konggres Peradaban Aceh ke-2

Siapa yang menyangka, meskipun masih kampus plat merah, ISBI Aceh tercatat sudah menyelenggarakan Konggres Peradaan Aceh (KPA) untuk pertama kalinya pada tahun 2023 kemaren, dan berdasarkan informasi dari Syeh Muda Aris, Konggres Peradaban ke-2 akan segera diselenggarakan di ISBI Aceh. "Kemungkinan besar di bulai Mei tahun ini," Syeh Muda Aris menegaskan kepada saya.

Berdasarkan beberapa informasi lainnya yang beredar di lini masa surat kabar, proses pelaksanaan KPA II Tahun 2024 merupakan bagian dan menjadi momen untuk diimplementasikan butir-butir rekomendasi KPA I Tahun 2015 serta akan mempersiapkan lahirnya beberapa rekomendasi pada KPA III untuk tahun mendatang. Dan sebagai clue bahasan pokok yang akan didiskusikan dalam KPA tersebut adalah terkait dengan beberapa hal yang diantaranya yaitu pembakuan bahasa Aceh, terbentuknya museum perdamaian dan
peradaban, serta prodi sejarah.


Nah, melihat kenyataan dan tingkat progresifitas ISBI Aceh dalam mewarnai jalan sejarah Aceh ke depan, saya mulai membayangkan bahwa dalam sedekade dan dua dekade kedepan --dengan harapan Kampus ISBI ini masih bertahan dan mendapat dukungan dari semua pihak, maka kebudayaan Aceh yang kental itu (penuh dengan local wisdomnya) akan teguh dan menguat meskipun mendapat godaan dari masuknya budaya global yang tidak beridentitas itu. Negeri Aceh akan menjadi negeri yang dihiasi oleh anak-anak Aceh yang berbakat dalam bidang kesenian, seperti dalam hal tarik suara, melukis, menari, dan mampu menghasilkan kreasi-kreasi budaya Aceh lainnya yang mengikuti perkembangan zaman. Semoga!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun