Beberapa hari terakhir, jagat media sosial dihebohkan oleh potongan video yang memperlihatkan Menteri Keuangan Sri Mulyani terang-terangan menyebutkan bahwa guru adalah beban negara. Potongan video tersebut secara cepat memicu kemarahan, dan bahkan membawa dampak perdebatan di ruang publik dan ruang digital.
Tidak sedikit pengguna media sosial percaya secara langsung tanpa mengecek lebih jauh atau menonton video aslinya secara full. Padahal, setelah dicari dan ditelusuri, pernyataan tersebut tidak pernah ada. Video tersebut dibuat dari teknologi berbasis AI dengan teknik yang dikenal sebagai deepfake.
Apa itu deepfake dan mengapa berbahaya?
Deepfake adalah teknologi berbasis AI yang dapat mengubah suara dan wajah seseorang sehingga terlihat dan terdengar sangat persis sama. Teknologi ini bisa dimanfaatkan untuk tujuan positif, misalnya di industri per-film-an atau bahkan di dunia pendidikan. Akan tetapi di sisi lain, deepfake bisa saja digunakan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan hoax, propaganda politik, dan bahkan fitnah.
Dari kasus ibu Sri Mulyani, ini menjadi contoh nyata. Dengan satu video hasil rekayasa, opini publik bisa digiring untuk meragukan integritas pejabat negara, menurunkan kepercayaan terhadap pemerintah, dan membenci seseorang.
Guru bukan beban, justru pilar bangsa
Isu ini juga menampar secara tidak langsung profesi guru yang sangat penting bagi pembangunan bangsa. Guru adalah pilar pertama pendidikan. Jika seseorang menyebut guru sebagai beban negara, itu secara jelas merupakan penghinaan sekaligus upaya untuk merusak martabat profesi yang sangat mulia tersebut. Itulah kenapa hoax sangat sensitive dan mudah menyentuh emosi masyarakat.
Jangan tertipu sekali klik
Fenomena yang terjadi menjadi pengingat bahwa kita harus lebih kritis dalam memilah dan memilih informasi. Jangan secara langsung percaya pada video yang beredar, apalagi itu hanya potongan video singkat tanpa sumber yang resmi.
Dari fenomena tersebut sekaligus membuka mata kita tentang pentingnya literasi digital. Di tengah derasnya gelombang informasi, video yang terlihat sangat meyakinkan, justru belum tentu benar adanya. Potongan video yang beredar sering kali hanyalah bagian kecil dari konteks besarnya, atau bahkan sudah dimanipulasi untuk tujuan tertentu.
Masyarakat harus membiasakan diri untuk meneliti ulang setiap informasi yang diterima. Tidak hanya membaca judul atau sekadar melihat sekilas gambar atau video, melainkan juga menelusuri sumber aslinya. Klarifikasi dari pihak resmi sangat diperhatikan, dan jangan sampai emosi lebih condong sehingga mengalahkan akal sehat yang disebabkan sebuah video viral.