Mohon tunggu...
M. Sadli Umasangaji
M. Sadli Umasangaji Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger - celotehide.com

Menulis beberapa karya diantaranya “Dalam Sebuah Pencarian” (Novel Memoar) (Merah Saga, 2016), Ideasi Gerakan KAMMI (Gaza Library, 2021), Serpihan Identitas (Gaza Library, 2022). Ia juga mengampu website celotehide.com.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Gizi Sebagai Basis Paradigma Kesehatan

13 Mei 2023   15:30 Diperbarui: 27 Mei 2023   09:37 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Paradigma Gizi dalam Kesehatan

Menurut Prof. Soekirman, dibalik kemilau "cerita" sukses, abad ke-20 masih mencatat  sisi gelap  dalam hal masalah gizi. FAO memperkirakan  tahun 1999 sekitar 790 juta penduduk dunia kelaparan. Sekitar 30 persen penduduk dunia yang terdiri dari bayi, anak, remaja, dewasa, dan manula, menderita kurang gizi. Hampir separuh (49 persen) kematian balita berkaitan dengan masalah  kurang gizi (gizi kurang). Dalam waktu yang sama, dunia maju menghadapi epidemi masalah kelebihan gizi (gizi lebih) dalam bentuk obesitas dan penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, hipertensi, stroke dan diabetes.

Gizi sebagai tindakan promotif. Aspek promotif dengan sasaran kelompok orang sehat. Dalam hal ini dapat berupa penyuluhan gizi. Penyuluhan gizi merupakan upaya menjelaskan, menggunakan, memilih, dan mengolah bahan makanan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku perorangan atau masyarakat dalam mengkonsumsi makanan sehingga meningkatkan kesehatan dan gizinya.

Menurut Depkes, salah satu langkah yang cukup strategis untuk menimbulkan motivasi ke arah perbaikan status gizi anak adalah melakukan pemberdayaan keluarga atau masyarakat. Bentuk kegiatan  pemberdayaan keluarga antara lain dilakukan melalui kegiatan pendampingan gizi yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam mencegah dan mengatasi sendiri masalah gizi anggota keluarganya. Selain penyuluhan gizi, pendidikan gizi yang terakumulasi dalam kurikulum sekolah merupakan tindakan promotif yang mampu menanamkan nilai-nilai preventif.

Gizi sebagai tindakan preventif, usaha mencegah terjadinya resiko atau mempertahankan keadaan resiko rendah kepada masyarakat terhadap penyakit secara umum. Ini adalah titik utama dari peran gizi. Titik ini adalah peran menggugahnya "Gizi Seimbang" ataupun "Svastha Harena", perbaikan kesehatan melalui makanan atau gizi. Hal ini pula telah terpatri dalam Al-Qur'an, "...Makanlah dan minumlah kalian, tapi jangan berlebihan...!" (QS Al-A'raf (7) :31).  Ada juga perkataan baik dari seorang alim yang mendukung bahwa perlunya gizi seimbang: "Kami adalah kaum yang tidak makan kecuali sudah betul-betul lapar dan apabila makan, kami berhenti sebelum kekenyangan." Ada pula sabda Rasulullah SAW, "Termasuk berlebihan adalah ketika kamu memakan apa saja yang menggugah selera.".

Rasulullah SAW bersabda, "sumber asal setiap obat adalah menjaga pola makan". Sedangkan filosofi Bapak Kedokteran Dunia, Hippocrates yang mengatakan "makanan harus menjadi obat anda, dan obat anda harus berupa makanan anda".

Selain itu, gizi sebagai tindakan preventif terpatri dalam pola dan kebiasaan makan Rasulullah. Pola dan kebiasaan makan Rasulullah, setelah subuh, Rasulullah SAW meminum segelas air yang dicampur dengan sesendok madu asli. Ketika masuk waktu dhuha, Rasulullah SAW selalu makan tujuh butir kurma matang. Menjelang sore hari, Rasulullah SAW mengkonsumsi cuka dan minyak zaitun, tentu saja dikonsumsi dengan makanan pokok, seperti roti. Di malam hari, menu utama Rasulullah SAW adalah sayur-sayuran. Jika sedang berpuasa, Rasulullah SAW berbuka dengan segelas susu dan kurma, kemudian sholat magrib. Tidak makan lebih dari satu jenis makanan panas atau makanan dingin secara bersamaan. Tidak makan ikan dan daging dalam satu waktu. Jangan makan buah setelah makan nasi (akan terjadi fermentasi dalam perut/tubuh, menjadi gas dan kemudian perut menjadi kembung). Sebaliknya makanlah buah terlebih dahulu, baru makan nasi (zat buah-buahan akan memperlancar pencernaan makanan).

Dalam hal ini ketika menuliskan tulisan ini, penulis belum menemukan sebuah kajian ilmiah terhadap pengembangan kualitas kesehatan dengan pola dan kebiasaan makan Rasulullah dalam suatu tatanan masyarakat Muslim. Tapi ada sebuah penelitian terhadap kualitas hidup orang Israel yang dikategorikan rata-rata pintar, yang mirip dengan kebiasaan dan pola makan Rasulullah.

Penelitian dari Universitas Massachuset USA yang dilakukan oleh DR. Stephen Carr Leon. Penelitian ini tentang pengembangan kualitas hidup orang Israel atau orang Yahudi. Dalam hal pola makan dan kebiasaan makan, orang Israel, setelah anaknya lahir, bagi sang ibu yang menyusui bayinya itu, mereka memilih lebih banyak makan kacang, kurma dan susu. 

Siang hari, makan roti dengan ikan yang tanpa kepala serta salad. Daging ikan dianggap bagus untuk otak dan kepala ikan harus dihindari karena mengandung zat kimia yang tidak baik untuk pertumbuhan otak si anak. Di samping itu sang ibu diharuskan banyak makan minyak ikan (code oil lever). Menu diatur sedemikian rupa sehingga didominasi oleh ikan. Bila ada daging, mereka tidak akan makan daging bersama-sama dengan ikan, karena mereka percaya dengan makan ikan dengan daging hasilnya tidak bagus untuk pertumbuhan. Makan ikan seyogyanya hanya makan ikan saja, bila makan daging, hanya makan daging saja, tidak dicampur. Makan pun, mereka mendahulukan makan buah-buahan baru makan roti atau nasi. Makan nasi dulu baru kemudian makan buah, dipercaya akan hanya membuat mengantuk dan malas berkerja. Anak-anak, selalu diprioritaskan untuk makan buah dulu baru makan nasi atau roti dan juga tidak boleh lupa untuk minum pil minyak ikan.

Gizi sebagai tindakan kuratif. Dalam hal ini berupa penerapan gizi klinik. Berbagai penerapan diet, diet energi tinggi protein tinggi untuk gizi kurang, diet energi rendah untuk obesitas, diet garam rendah untuk hipertensi, diet luka bakar, diet serat tinggi, diet rendah protein, diet penyakit diabetes mellitus, diet penyakit jantung, diet penyakit ginjal, diet penyakit gout atritis, dan lainnya. Dalam hal ini, selain penerapan diet gizi klinik, ada pula berbagai pangan fungsional yang dikonsumsi oleh Rasulullah dijadikan sebagai tindakan kuratif. Dan adapun juga kebiasaan makan Rasulullah sebagai tindakan kuratif.

Akhirnya perlu mendalami pembuktian kajian keilmiahan tentang kebiasaan dan pola makan Rasulullah dan dapat dijadikan sebagai tindakan preventif dan kuratif terhadap berbagai penyakit degeneratif, bahkan sebagai klaim gizi. Dan gizi sebagai basis paradigma kesehatan. Tapi tentunya pada konteks kekiniannya membutuhkan semua partisipasi dari berbagai cabang ilmu kesehatan dan kedokteran. Wallahu a'lam bishawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun