Mohon tunggu...
Muhammad Rizqi Fadhilah
Muhammad Rizqi Fadhilah Mohon Tunggu... Freelancer - Universitas Pendidikan Indonesia

A creator and a dreamer, tryna make it happen

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kekerasan pada Perempuan dan Anak, Mau sampai Kapan?

25 Agustus 2022   14:14 Diperbarui: 25 Agustus 2022   14:28 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Terobosan tersebut kemudian ditindaklanjuti lagi pada Konferensi Dunia PBB IV tentang Perempuan, yang diselenggarakan di Beijing pada tahun 1995, sehungga komitmen masyarakat internasional semakin mendapatkan penegasan untuk menyikapi segala bentuk kekerasan yang dialami perempuan. 

Dalam konferensi ini kekerasan terhadap perempuan ditetapkan sebagai salah satu dari 12 bidang kepedulian masyarakat dunia dan sebagai hambatan dalam mencapai "kesetaraan, pembangunan dan perdamaian".

  • Faktor yang melatar belakangi Kekerasan pada Perempuan dan Anak marak

Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak sangat penting untuk diselesaikan. Seringkali, korban kekerasan tidak berani untuk menyuarakan apa yang mereka alami, baik itu kekerasan secara fisik, mental, maupun seksual. Banyak dari para korban ini mengalami kesulitan bahkan tidak berani untuk melaporkan kekerasan yang mereka alami baik ke pihak keluarga ataupun ke pihak berwajib.

Faktor yang melatar belakangi adanya tindak kekerasan pada perempuan dan anak seringkali disebabkan oleh adanya disfungsi dalam keluarga. Keluarga yang tidak rukun atau tidak harmonis sangat rentan terjadi tindak kekerasan.

Faktor berikutnya adalah tontonan yang kurang mendidik, seringkali kartun yang kadang terlihat lucu, namun di dalamnya terdapat aksi kekerasan. Contoh lain dari disfungsi teknologi adalah penggunaan gawai atau telpon genggam, gawai dapat membuka peluang untuk selingkuh bagi orang tua dan membuka peluang untuk anak masuk ke pergaulan bebas. Intinya harus perlu adanya keseimbangan dalam memberi kebebasan satu sama lain di dalam keluarga.

Kekerasan terhadap anak dapat terjadi dalam beberapa keadaan. Berikut adalah beberapa skenario di mana seorang anak dapat menjadi korban:

  • kekerasan dalam rumah tangga,

Anak-anak merupakan bagian dari keluarga sehingga apabila ada kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh orangtua, anak sangat rentan menjadi korban. Baik kekerasan secara fisik, emosional, atau bahkan seksual.

  • penyalahgunaan alkohol dan narkoba

Ketergantungan terhadap penyalahgunaan alkohol dan narkoba adalah salah satu penyebab utama pelecehan dan penganiayaan anak yang mencakup pelecehan fisik dan pengabaian yang disengaja. Orangtua yang menyalahgunakan alkohol dan narkoba ini biasanya lebih mungkin melakukan kekerasan pada anak-anak berusia 5 tahun ke bawah.

  • penyakit mental yang tidak diobati

Penyakit mental, seperti depresi atau penyakit pikiran lainnya dapat menjadi penyebab utama orangtua tidak bisa mengasuh anak dengan baik sehingga rentan terjadi kekerasan. Hal ini karena biasanya seorang Mama atau Papa dengan kondisi psikologis tidak stabil bisa menyakiti atau menganiaya anak-anak.

  • kurangnya keterampilan mengasuh anak

Sebagian besar orangtua secara alami berbakat saat merawat anak-anak mereka, tetapi hanya sedikit yang mungkin dapat mengelola kebutuhan fisik dan emosional mereka secara memadai. Banyak Mama dan Papa sering menyamakan atau mendisiplinkan anak-anak dengan kekerasan.

  • stres dan kurangnya dukungan

Banyak anak menghadapi penganiayaan atau kekerasan secara psikologis ketika pengasuh atau orangtua mereka sedang stres. Oangtua yang sedang menghadapi situasi penuh tekanan biasanya merasa sulit untuk berurusan dengan kebutuhan emosional anak. Penyebab stres ini beragam, seperti perceraian, masalah hubungan, masalah keuangan, dan masalah terkait pekerjaan.

  • Dampak Fisik dan Non-Fisik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun