Mohon tunggu...
M. Ridwan Umar
M. Ridwan Umar Mohon Tunggu... Dosen - Belajar Merenung

Warga Negara Biasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Suddenly Indonesia, agar Aku Terus Jadi Orang Indonesia

18 September 2019   11:48 Diperbarui: 18 September 2019   14:23 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suddenly itu artinya tiba-tiba, kosakata bahasa Inggeris. Dalam bahasa Arab disebut faj'ah atau baghtatan. Saya mencoba mentabulasi beberapa "tiba-tiba" yang muncul di Indonesia. Mohon teman-teman menambahkannya ya...

1. Tiba-tiba saja sesama anak negeri ini punya kebiasaan baru yaitu saling menghujat dan menunjukkan kelemahan sesama warga tanpa merasa bersalah apalagi berupaya supaya mereka membaik. Kita merasa merdeka sepenuhnya memaki, menghujat, mencemooh, tertawa bahkan menjatuhkan karakter orang lain demgan semau gue. Tapi kita tak pernah mau menunjukkan bagaimana cara memperbaikinya.

2. Tiba-tiba, negeri ini diusik dengan kata-kata  aneh seperti "anti NKRI, anti Pancasila, intoleran, kafir, radikal, dan penista agama", padahal para pendiri negeri ini tidak pernah mempersalahkan hal itu. Saya yakin, yang lantang menyuarakannya sama sekali tidak pernah merasakan desingan peluru Portugis, Belanda, Jepang, atau Knggeris. Kita tidak pernah merasa sakitnya bercerai-berai.

3. Tiba-tiba, hati warga negeri ini terkotak-kotak dalam balutan primordialisme semu, "ikut kami atau mereka", "pro dia atau aku", sesuatu yang bukan Indonesia banget. Sayangnya, kita melakukan pembenaran atas hal itu atas agama, etnis, partai atau pilihan politik.

4. Tiba-tiba banyak yang berkoar-koar tentang keadilan, memamerkan berbagai jenis demo, menunjuk batng hidung orang. Padahal nun jauh di dalam hati, ia sadar bahwa iapun tidak benar-benar adil memperlakukan sesama anak negeri, keluarga, apalagi Tuhan.

5. Tiba-tiba, negeri ini kehilangan berbagai agama yang disebutkan dalam buku-buku pelajaran SD anak kita, agama yang mengajarkan cinta kasih, dalam kata dan perbuatan. Kita kehilangan pemuka agamanya.

6. Tiba-tiba sebagian kita terlihat bosan bertuhan dan beragama dan memilih agama baru bernama media sosial. "Agama' baru ini memang mengasyikkan karena mempersilahkan pemeluknya untuk melanggengkan kebencian, keangkuhan dan rasa dendam.

7. Tiba-tiba, negeri ini seolah memiliki satu atau dua tokah saja. Entah dimana ratusan juta manusia lainnya. Hilang ditelan bumikah?

8. Tiba orang yang kita kenal santun dan arif dalam dunia nyata, menjadi ganas, buas dan tega di dunia maya. Mungkinkah kita tidak pernah rela menghilangkan bara di dada?

9. Tiba-tiba kita selalu memiliki banyak waktu untuk bergunjing, tapi tak pernah punya waktu untuk melakukan tindakan produktif dan membaguskan bangsa.

10. Tiba-tiba..........
Tolong tambahkan yang lain  kawan-kawan..;). Agar saya bisa kembali menjadi orang Indonesia yang tulen dan santun. Thanks :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun