Dalam beberapa tahun terakhir, dunia menghadapi fenomena pemanasan global yang semakin mengkhawatirkan. Data terbaru menunjukkan bahwa Bumi kini berada dalam kondisi pemanasan ekstrem, dengan suhu rata-rata global terus meningkat dan melampaui ambang batasÂ
Hal ini Karena, Bumi mengalami Tipping Points yang merupakan titik kritis ketika sistem Bumi berubah secara drastis dan permanen. Setelah melewati batas ini, maka perubahan akan terjadi lebih cepat dan akan sulit dikembalikan. Â
Hal ini sepenuhnya konsisten dengan kedekatan kita untuk melewati 1,5C dalam jangka panjang pada akhir tahun 2020-an atau awal tahun 2030-an," kata Peter Thorne, direktur kelompok Unit Penelitian dan Analisis Iklim Irlandia di Universitas Maynooth.
"Setiap sepersepuluh derajat di atas 1,5C meningkatkan risiko," ujar Annika Ernest Hgner dari Potsdam Institute for Climate Impact Research.
Perubahan ini disebut bukan hanya sekadar angka. Setiap kenaikan sepuluh derajat tambahan meningkatkan kemungkinan terganggunya "penyangga" utama iklim Bumi seperti lapisan es Greenland, lapisan es Antarktika Barat, arus laut Atlantik, serta hutan hujan Amazon
Dari Kondisi diatas dapat dilihat bahwa, Kemampuan Lapisan Es untuk mencair lebih cepat dari pada kemampuannya untuk membekukan kembali. Hutan amazon yang kelembaban nya mengalami penurunan hingga berubah menjadi Sabana.Â
Beberapa hal yang sudah terjadi, pasti membuat kita khawatir dengan keadaan bumi kedepannya. Bagaimana Tidak, saat ini, kebijakan iklim global masih menempatkan kita di jalur menuju 2,6C pemanasan hingga akhir abad ini. Kondisi ini jelas melewati batas bahaya.
Dampak Pemanasan Esktrem Bagi Generasi Muda
Tidak hanya itu, Mengutip informasi dari Live Science, Rabu (28/5/2025), studi tersebut memprediksi anak-anak yang lahir pada tahun 2020-an berisiko mengalami peristiwa iklim ekstrem yang sebelumnya hanya terjadi sekali dalam 10.000 tahun. Beberapa peristiwa Iklim ekstrem tersebut seperti Pemanasan Global yang meningkat secara esktrem yang menyebabkan kekeringan skala panjang, kebakaran hutan, hingga gagal panen.Â
"Dengan menjaga suhu global tidak lebih dari 1,5C di atas tingkat pra-industri, kita bisa mengurangi separuh jumlah anak muda yang akan terkena gelombang panas ekstrem," kata Luke Grant, penulis utama dan ahli ilmu alam di Canadian Centre for Climate Modeling and Analysis. Â
Dalam skenario kondisi terburuk di 2100 dengan pemanasan mencapai 3,5C, studi ini memprediksi 92 persen anak-anak yang saat ini berusia lima tahun akan mengalami gelombang panas mematikan, 29 persen mengalami gagal panen, hingga 14 persen terdampak banjir besar.Â