Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Toleransi dalam Agama Buddha

6 Februari 2010   10:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:03 10511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Terdapat Kebenaran di Luar Ajaran Buddha

Siddharttha Gautama meninggalkan kehidupan mewah di istana pada usia 29 tahun. Setelah menyadari kesia-siaan pertapaan penyiksaan diri yang Ia lakukan selama 6 tahun, ia mencapai Pencerahan di bawah pohon Bodhi dengan mempraktekkan meditasi pandangan terang. Selama 45 tahun kemudian Ia dikenal sebagai Buddha dan mengembara ke berbagai daerah di sekitar lembah sungai Gangga untuk mengajar banyak orang. Titik terakhir perjalanan Beliau adalah sebuah kota kecil bernama Kusinara. Saat itu seorang pertapa pengembara bernama Subhadda mendekati Buddha yang sedang menjelang ajal-Nya dan bertanya mengenai kebenaran berbagai ajaran agama yang ada saat itu. Tanpa mengatakan bahwa ajaran Beliau-lah yang paling benar, Buddha menjawab:

“Cukup, Subhadda, jangan pikirkan apakah mereka semua, atau tidak seorang pun, atau sebagian dari mereka telah menembus kebenaran. Aku akan mengajarkan Dhamma kepadamu. Dengarkan dan perhatikan baik-baik....”

“Dalam ajaran dan disiplin mana pun, Subhadda, di mana tidak terdapat Jalan Mulia Berunsur Delapan, maka tidak akan mungkin ditemukan para pertapa yang telah mencapai kesucian pertama (Sotapanna), kesucian kedua (Sakadagami), kesucian ketiga (Anagami), dan kesucian keempat (Arahat). Tetapi dalam ajaran dan disiplin mana pun di mana terdapat Jalan Mulia Berunsur Delapan, maka di sana dapat ditemukan para pertapa yang telah mencapai kesucian pertama, kedua, ketiga, dan keempat.” (Mahaparinibbana Sutta)

Di sini Buddha mengatakan bahwa ajaran mana pun yang mengajarkan Jalan Mulia Berunsur Delapan merupakan ajaran yang dapat menghasilkan orang-orang suci; oleh karena itu, ajaran tersebut adalah ajaran yang benar. Jalan Mulia Berunsur Delapan dalam ajaran Buddha dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu pengembangan perilaku yang bermoral (sila), pembersihan pikiran/batin melalui meditasi (samadhi), dan pengembangan kebijaksanaan (panna/prajna). Menurut agama Buddha, agama mana pun yang mengajarkan ketiga hal ini adalah agama yang benar dan dapat membuat pengikutnya menjadi suci batinnya. Dengan demikian, agama Buddha juga mengakui adanya kebenaran dalam ajaran agama lain.

Sifat Toleransi Raja Asoka

Kurang lebih 200 tahun kemudian seorang raja terbesar sepanjang sejarah India yang bernama Asoka menjadikan agama Buddha sebagai agama negara. Berkat jasanya mengutus para misionaris Buddhis, agama Buddha dapat menyebar ke berbagai wilayah di luar India: ke arah barat menyebar sampai ke wilayah Yunani (walaupun tidak bertahan lama di sana), ke selatan menyebar ke Sri Lanka, ke timur menyebar ke Myanmar, Thailand, Malaysia, dan Indonesia, ke utara menyebar ke Tibet, Cina, Jepang, dan Korea. Namun demikian, Raja Asoka tetap menghargai dan menghormati berbagai agama lain yang ada saat itu. Dalam beberapa prasastinya tercatat bahwa Raja Asoka walaupun beragama Buddha mendanakan sejumlah gua sebagai tempat pertapaan bagi para pertapa ajaran lain. Di antara sekian banyak prasasti peninggalan Raja Asoka terdapat sebuah prasasti yang mengajarkan toleransi antar umat beragama yang berbunyi sbb:

“Janganlah kita menghormati agama kita sendiri dengan mencela agama lain. Sebaliknya agama lain pun hendaknya dihormati atas dasar-dasar tertentu. Dengan berbuat demikian kita membuat agama kita sendiri berkembang, selain menguntungkan pula agama lain. Jika kita berbuat sebaliknya, kita akan merugikan agama kita sendiri selain merugikan agama lain. Oleh karena itu, barangsiapa menghormati agamanya sendiri dan mencela agama lain, semata-mata terdorong oleh rasa bakti kepada agamanya sendiri dengan pikiran ‘Bagaimana aku dapat memuliakan agamaku sendiri’, justru ia akan merugikan agamanya sendiri. Karena itu kerukunan dianjurkan dengan pengertian biarlah semua orang mendengar dan menghormati ajaran yang dianut orang lain.” (Rock Edict XII)

Demikianlah agama Buddha dengan sifat toleransi dan pasifisme (paham cinta damai) yang tinggi dapat hidup rukun dan harmonis dengan agama lain di mana pun ia berkembang. Dalam sejarah perkembangannya, agama Buddha tidak pernah menyebabkan pertumpahan darah saat memperkenalkan ajarannya di dalam maupun di luar India. Di Asia Timur khususnya di Cina agama Buddha dapat berbaur dengan keyakinan setempat (agama Kong Hu Cu dan Taoisme) yang kemudian menghasilkan keyakinan baru yang disebut Tri-Dharma (Tiga Ajaran: Buddha, Kong Hu Cu, dan Tao). Di Indonesia sendiri pada masa kerajaan Majapahit kehidupan agama Buddha dan agama Hindu berlangsung rukun dan harmonis seperti yang tersirat dalam ungkapan Jawa Kuno “Bhinneka tunggal ika, tan hana Dharma mangrwa (Berbeda-beda namun tetap satu, tiada Kebenaran yang mendua)” yang tertulis dalam kitab Sutasoma.

Pada zaman modern ini umat Buddha telah membina kerukunan intern dalam agama Buddha sendiri dengan pendirian berbagai organisasi Buddhis internasional non-sektarian seperti World Buddhist Council dan World Fellowship of Buddhist yang berusaha mempersatukan berbagai aliran agama Buddha yang berbeda-beda. Pada abad ke-21 umat Buddha di seluruh dunia sama sekali tidak terpancing emosi ketika patung Buddha raksasa di Bamiyan, Afghanistan dihancurkan. Reaksi umat Buddha yang singkat dan damai serupa juga terjadi saat pendirian Buddha Bar di Indonesia.

Salam Damai Semua.

Semoga Semua Makhluk Hidup Rukun dan Harmonis Satu Sama Lainnya.

Sadhu, Sadhu, Sadhu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun