Mohon tunggu...
Mr Diceppia
Mr Diceppia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Love is HIKMAH

Cinta hakiki

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Menepikan Hati demi Kebahagiaanmu

7 Maret 2021   03:46 Diperbarui: 7 Maret 2021   06:27 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

MENEPIKAN HATI DEMI KEBAHAGIAANMU
Lebih romantis daripada drama korea

Pengantar
Goresan tinta ini sengaja ku jabarkan dalam kalimat senandung lembayu penuh kisah di masa lalu. Seorang pria desa dengan kesederhanaannya, menemukan mutiara kota, yang menjadi rebutan, serta memanjakan mata yang memandangnya. Sebut saja bidadari itu dengan nama Ceppia.

Saat itu remaja desa berjalan di tepi pantai, berlari-lari mengekspresikan jiwa sehatnya. Spanjang sore itu, merupakan aktifitas rutin bermain bola sepak ditepi pantai bersama anak desa lainnya. Panggil saja dia Dicko , si remaja desa anak pantai nan elok di pandang namun penuh dengan jiwa kesederhanaan. Ibarat pelita ia adalah cahaya yang tersembunyi di dalam goa kehidupan yang keras, panas dan ketidak berdayaan.

Bukan Dicko namanya jika tidak periang, penyayang dengan semua dan penuh dengan keseruan hidup yang syarat akan makna mendalam. Dia berwawasan agamis, modernis, sosialis, suka menyendiri pula, disegani serta banyak hal yang tak mampu di ungkapkan oleh orang banyak. Sehingga tidak heran banyak orang yang senang dengan kehadirannya.

Demikian pengantar singkat ini, kita langsung masuk pada kisahnya.

Pertengahan tahun 2007 di musim panas, terukir indah kisah cinta romantis nan suci dua insan di muka bumi. Ukiran tinta putih cinta sejati antara Dicko dan Ceppia.

Kala itu cemara-cemara wisata pantai camplong berayun syahdu bergelombang mengikuti hembusan angin laut pantai selat madura. Matahari searah pandangan mata dari barat menjadi pelita seraya merajuk jiwa-jiwa yang malas bergerak untuk bermotifasi melakukan aktifitas sore hari, entah jalan, olahraga maupun menemani lautan ditepi karang menyerap aura kasih laut bebas.

Aku berjalan menendang-nendang air laut, kemudian memasuki tempat bermain, dan istirahat wisata camplong, aku melihat dua domba tersesat. Gemuk kuning langsat dan satu lagi putih mulus tomboy seksi. Tiba-tiba hati bertanya-tanya : "amajing, siapakah gerangan di depan mata bidadari yang bersama pembantunya ? ". Ku biarkan mereka melewatiku tanpa tutur sapa dan tegur mata serta rayuan canda salam pembuka bagi pemula. Ku perhatikan dengan seksama, apa yang ku kira tak seperti yang ku rasa. Ternyata dia bukan domba, akan tetapi mahya anak tetangga yang sedang bersama sudara sepupunya dari surabaya ( tapi wajahnya gak mirip buaya lho).

Penasaran hati yang mendadak ini akhirnya menemukan secercah harapan untuk dapat meneruskan tujuan pandangan pertama yang tak tertahankan. Jalan itu adalah "tempel ketat anak tetangga dulu sebelum dapat sepupunya ".  Tanpa doa tanpa mantra, keesokan harinya si mahya dan ceppia kembali berjalan ria di tepi pantai belakang rumahnya. Waktu itu saya lagi duduk santai di bebatuan pinggir pantai tempat biasa kami bermain dan berolahraga sore.

Kembali pada kisah tanpa doa tanpa mantra, tiba-tiba keduanya seakan-akan menghampiriku. Namun hati tetap menjaga perasaan agar tetap tenang dan tidak gegabah dengan sikap ke GR an ataupun menampakkan rasa sukaku pada ceppia. Angin berhembus lumayan kencang sehingga membuat jalan mereka berdua seperti "slowmotion" apalagi si mahya yang terasa berat sekali jalan dengan tubuhnya yang aduhai pada waktu itu. Singkatnya, mereka setapak demi setapak mendekatiku dan ku kira akan melewatiku lagi, ternyata ehh.... Benerann !! Aku tetap tenang walaupun dalam hati berbicara "sedikit lagi victory". Campur aduk rasa hati dan fikiran, apakah tetap tenang , diam dan menunggu harapan ataukah aku harus mengikuti langkah kemanapun mereka pergi hingga menemukan waktu yang pas untuk berbincang serta kenalan.

Pohon bakau setinggi badan menutupi langkah lembut jalan ceppia. Mata sudah tak mampu melirik tuk dapat memahami seluk beluk keindahan ciptaan Tuhan, walupun tempat itu di rasa dekat namun hanya karena terhalangi dedaunan bakau sehingga hatiku menjadi tak karuan. Dalam perasaan yang tak terelakkan, hitam-hitam rambut panjang kembali ke hadapan melewati lebatnya dedaunan bakau, dan kukira syetan atau penunggu pantai. Ehhh... ternyata si mahya bukan cewek pujaan yang di harapkan akan tetapi semoga membawa secercah harapan yang masih tersimpan.
Mahya menghampiriku dan berkata : " kok sendirian mas ?".
Aku : iya dek .. yang lain entah kemana, Mungkin sebentar lagi datang .
Mahya : Mas dicko belum mau olahraga kan ???
Aku : ohh.. iya dek emang kenapa ? ( dengan jawaban cepat karena udah paham, pasti ngajak nemenin jalan).
Mahya : gapapa mas, nanya aja. Siapa tau kosong waktunya
Aku : emang lagi kosong sih dek... apalagi hati ini.
         Ehh... ada apa nih ?? Jangan-jangan mau ngajak aku jalan bareng yaa ama temenmu tuh
Mahya : (ketawa asyik). Sok tau sampean mas. Siapa juga yang mau ngajak jalan... mau minta tolong beliin minuman ke warung depan.
Aku  : ahh.... Kamu tuh dek. Kirain apaan
Mahya : (tawa lagi lebih asyik). Enggak lah mas, masak aku mau nyuruh-nyuruh mas tuk beliin minuman, mana aku tega.
Aku : Teruss... apaan donk.
Mahya : Tuhh mas, temenin sepupuku dulu yaa bentar aja. Aku mau beli-beli ke depan warung sana dulu. Kasian kalo aku tinggal mas. Aku percaya kok sama mas. Imbuhnya
Aku : (dalam hati) Ya Tuhan... apakah ini jawaban keresahan hati ini. (Diam bengong agak lama)
Mahya : mas.......!!! Kok diam... mau nggak ??
Aku : (ku jawab dengan tenang tanpa keburu dan menampakkan sesuatu yang aneh pada mahya). Ohhh.... Gitu yaa dek. Kalo begitu, kamu cepet sana beli-belinya dan jangan lama-lama yaa...
Mahya : iya mas , makasih yaa. Cepet gih... temenin sana tuhh sepupuku. Nyuruh aku dengan nada cepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun