Mohon tunggu...
Mr WinG
Mr WinG Mohon Tunggu... guru

bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jendela di Perpustakaan

15 Agustus 2025   11:23 Diperbarui: 15 Agustus 2025   16:49 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Langit Bandar Lampung sedang gerimis, membasahi jendela kaca perpustakaan MTsN 1. Di dalam, bau buku lama yang khas berpadu dengan aroma AC yang dingin, menciptakan suasana yang tenang. Suara rintik hujan yang jatuh seperti melodi lembut meninabobokan pikiran. Caesar Qidam Al-Shidiq, seorang siswa kelas 7J, menyusuri rak-rak buku dengan mata berbinar, bagai seorang petualang yang menemukan peta harta karun.

Caesar adalah seorang anak yang sangat dimanja oleh kedua orang tuanya di rumah. Namun, demi menuntut ilmu, ia mencoba mendaftar di MTsN 1 Bandar Lampung. Berkat dukungan penuh dari ayah dan ibunya, ia berhasil diterima. Karena jarak rumahnya yang jauh, ia harus tinggal di asrama. Perpisahan ini terasa berat bagi Caesar. Sebagai anak yang manja, ia selalu teringat pada kedua orang tuanya. Ibunya adalah seorang peri di keluarganya, yang meski cerewet, sangat menyayanginya. Ayahnya adalah sosok yang kaku di hadapan orang lain, namun sifat kaku itu luruh saat bercanda dengan kedua anak laki-lakinya. Caesar sangat merindukan tawa dan kebersamaan mereka.

Di asrama, kenangan itu sering datang. Terkadang, sebelum tidur, ia menangis sendirian karena rindu. Ia rindu saat-saat ibunya menyuapinya dengan ayam kecap, masakan favorit seluruh keluarga. Ia juga rindu mendengar lelucon-lelucon khas ayahnya yang selalu membuatnya tertawa. Kerinduan itu menjadi bagian dari perjalanannya menuntut ilmu, pengorbanan yang ia jalani demi masa depan.

Namun, di tengah kerinduannya, perpustakaan menjadi tempat pelariannya. Di sinilah ia menemukan kembali semangatnya. Suatu sore, di meja sirkulasi, Bapak Rudi Hendrawan menyambutnya dengan senyum hangat. Bersama Parindra, Arija, Laksmi, Sapar, dan Eko, mereka adalah para penjaga gerbang dunia pengetahuan ini. "Mau pinjam buku apa lagi, Caesar?" tanya Pak Rudi. Caesar menyerahkan beberapa buku, termasuk "Pemberi Semangat yang Bijaksana" dan "Pasukan Berbaju Putih". Ia ingin meminjam buku-buku itu lagi, sebab ia suka membaca cerita-cerita yang penuh hikmah dan petualangan. Hatinya seperti ditarik magnet setiap kali melihat sampul buku-buku itu.

Tentu saja, ia sudah mengembalikan beberapa buku yang sudah dibacanya. Buku "ILMU PENGETAHUAN SOSIAL" yang ia pinjam pertama kali, kini telah kembali ke tempatnya. Tak lupa, ia juga mengembalikan buku "Keajaiban Tubuh Manusia" yang membuatnya takjub akan rumitnya ciptaan Tuhan. Di tangannya, buku-buku itu bagai berlian yang memancarkan cahaya pengetahuan.

Pak Winarno, Kepala Perpustakaan, sesekali mengawasi dari mejanya, puas melihat perpustakaannya hidup. Ia tahu bahwa minat baca yang tinggi seperti yang dimiliki Caesar adalah impian setiap pustakawan. Di sisi lain, Bapak Hartawan, Kepala Madrasah, selalu mendukung penuh setiap kegiatan literasi. Beliau percaya, "Buku adalah jendela dunia, dan perpustakaan ini adalah pintunya."

Caesar memegang buku barunya. Lembar-lembar kertasnya terasa dingin saat disentuh. Ia bisa merasakan tekstur kertasnya yang sedikit kasar. Matanya memandang ke luar, ke arah hujan yang mulai reda. Langit tampak lebih bersih, seperti pikirannya yang kini siap diisi dengan petualangan baru dari buku-buku yang ia pegang. Dengan langkah ringan, Caesar beranjak keluar, meninggalkan perpustakaan yang bagai oase di tengah hiruk pikuk kehidupan sekolah.

***

Catatan: Cerpen ini diadaptasi dan dikembangkan dari cerita  yang ditulis oleh Caesar.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun