Mohon tunggu...
Mr WinG
Mr WinG Mohon Tunggu... guru

bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jalan Mangga Malam Itu #4

14 Juni 2025   08:02 Diperbarui: 14 Juni 2025   07:18 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sore menjelang dengan gerimis tipis yang turun malu-malu. Di luar, pepohonan pinggir jalan memantulkan cahaya kuning lampu jalan yang baru menyala. Asyifa Pijat & Relaksasi mulai sunyi, hanya tersisa suara detak jam tua dan sesekali bunyi motor melintas pelan di Jalan Mangga.

Yani duduk di kursi tunggu, menggenggam ponsel yang bergetar sejak sepuluh menit lalu.

"Kenapa nggak diangkat?" tanya Husen sambil melipat handuk kecil.

Yani diam sejenak. Lalu menoleh dengan tatapan yang tak bisa dibaca. "Itu... Damar."

Nama itu menggantung di udara. Dingin. Tajam.

"Dia... suamimu?" tanya Husen hati-hati.

"Bukan. Tapi pernah nyaris," jawab Yani pelan. "Aku pergi darinya tiga bulan sebelum nikah."

Husen menatapnya lekat. "Kenapa?"

Yani menghela napas panjang. "Karena dia bukan tempat pulang. Dia hanya... tempat aku menyembunyikan luka. Tapi lama-lama aku tahu, luka tidak bisa sembuh kalau cuma disembunyikan."

Ponsel bergetar lagi. Kali ini lebih lama. Yani mematikan layar tanpa melihatnya.

"Dia tahu kamu di sini?" tanya Husen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun