Mohon tunggu...
Mr WinG
Mr WinG Mohon Tunggu... guru

bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ban bocor di sore hari

3 Juni 2025   19:14 Diperbarui: 3 Juni 2025   19:14 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sore itu, sinar matahari menggantung lelah di langit Bandar Lampung. Jalan KH Ahmad Dahlan masih ramai, tapi tidak seramai siang. Angin sore berhembus pelan, membawa aroma aspal hangat dan debu kering. Winarno mengendarai motornya perlahan, menikmati suasana hingga tiba-tiba motornya oleng ke kanan. Ia merasakan getaran tak biasa dari roda depan.

"Ban bocor," gumamnya, sambil menepi perlahan ke sisi jalan.

Di kejauhan, tampak sebuah tenda sederhana dengan plang kecil bertuliskan Tambal Ban Situmorang. Ia tersenyum kecil. Sudah lama ia tahu nama itu---tempat tambal ban legendaris di sekitar Pahoman, tepat dekat Kantor Pos. Tempat itu sudah berdiri sejak 1992, meskipun sudah empat kali pindah lokasi karena pembangunan.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Langkah Winarno mantap saat menuntun motornya. Bau karet panas dan oli menyambutnya begitu tiba di bawah tenda. Suara dengung kompresor terdengar dari sudut bengkel kecil itu, bersahutan dengan siulan pelan dari seorang pria tua yang sedang membersihkan tangan dengan lap kain lusuh.

"Ban depan bocor, Pak," kata Winarno sambil menunjuk motornya.

Situmorang---pria berambut perak dengan kulit legam terbakar matahari---mengangguk. Tangan kasarnya dengan cekatan membuka pentil dan melepaskan udara dari ban dalam. Desisan angin keluar dari ban terdengar seperti desah nafas mesin tua. Ia lalu melepaskan ban luar dan mengeluarkan ban dalam, lalu mencelupkannya ke dalam ember besar berisi air.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Winarno melihat gelembung kecil perlahan naik dari dasar pentil. Ia mendekat, menyentuh air yang dingin dan keruh. Dingin airnya kontras dengan panas jalanan yang masih menempel di kulit lengannya.

"Ini, nggak bisa ditambal lagi," kata Situmorang, menunjuk bagian pentil yang berkarat. "Korosi. Harus ganti ban dalamnya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun