Mungkin saya belum menjadi leader hebat. Tapi saya percaya bahwa untuk menjadi seorang leader hebat dibutuhkan proses.
Dan hari ini saya belajar bahwa team kita tidak perlu dimotivasi.Â
Kalimat di atas pasti membuat anda mempertanyakan kewarasan saya dalam memimpin team gw. Apalagi saya kerja di perusahaan training dan konsultasi, jasa kami salah satunya adalah memotivasi karyawan klien kami.
Eits.. tunggu dulu, sebelum anda menganggap saya betul betul gila. Ijinkan saya melengkapi kalimat di atas.
Team kita tidak perlu dimotivasi, karena mereka sudah termotivasi.
Jadi berbicara soal motivasi ada 2 hal yang menggerakkan manusia. Manusia bergerak Mencari Nikmat dan atau Manusia bergerak Menghindari Sengsara.
Begitupula manusia-manusia di team kita. Mereka juga termotivasi oleh 2 hal tersebut, nikmat (pleasue) atau sengsara (pain).
Dan motivasi mereka berbeda beda, ada yang dominan termotivasi mencari nikmat. Ada pula yang dominan menghindari sengsara.
Mari kita berbicara contoh. Misalkan salah satu team saya, Anita (maaf, bukan nama sebenarnya, demi melindungi privasi beliau). Anita adalah manusia yang termotivasi untuk mencari nikmat.Â
Ia adalah orang yang sangat antusias terutama kalau ada rewardnya. Ia sosok gadis yang selalu mencari hal yang lebih baik dan pastinya lebih nyaman menurutnya. Makanya jika ada proyek baru, ia paling semangat. Ia memandang dunia sebagai ladang kesempatan.
Beda lagi dengan team saya satu lagi, Bagas (tetap nama samaran). Ia adalah pria yang termotivasi untuk menghindari pain. Ia adalah orang yang jeli melihat hal yang tidak beres. Ia paling peka jika ada hal yang berpotensi merusak keseimbangan yang sudah ada. Ia memiliki naluri untuk melindungi, baik itu melindungi teman, team, proyek, perusahaan. Pokoknya ia tidak mau kalau menderita.
Ketika saya mengumumkan poject baru, project yang melibatkan perubahan. Saya mengatakan bahwa project ini harus jalan, karena jika kita berhasil ekspansi, maka market share kita akan naik, klien kita akan bertambah banyak dan lain sebagainya.Â
Anita mendengar ini, antusias luar biasa. namun berbeda respon Bagas, ia lempeng saja. Jika tidak memahami apa yang menggerakkan Bagas, bisa jadi saya akan merasa bahwa Bagas tidak termotivasi, tidak memiliki enggagement dll.Â
Tapi ketika memahami drive Bagas, saya mengatakan kepadanya bahwa kita harus melakukan proyek ini. Problemnya adalah jika kita tidak melakukan proyek ini maka kita akan mengalami X,Y dan Z. Barulah Bagas tergerak dalam proyek tersebut.
Jadi setiap orang dalam team kita punya motivasi. Tugas seorang leader adalah mengarahkan motivasi mereka untuk mencapai visi misi bersama.