Sepanjang jalan hingga ke km 10 kondisi aspalnya sangat mulus. Ada juga berapa jembatan. Tapi marka dan rambu jalannya tampak masih terpasang hingga ke km 7. Dan masih ada bagian yang tak dibangun parit beton, serta lampu penerangan jalannya masih sangat minim.
Sementara itu di km 8 terlihat masih ada pekerjaan pelebaran dan pengaspalan jalan oleh kontraktornya PT Nusa Konstruksi Engineering (NKE).
Umumnya elepasi kelok-kelokan pada jalur ini tak setajam pada jalur langsung Rampah-Sibolga. Dan, lebih banyak jalan lurusnya serta lebih minim jurang.
Tapi untuk kondisi medannya, tetap membelah perbukitan yang otomatis menciptakan tanjakan dan turunan. Yang paling riskan pada kelokan ganda di km 9.
![Foto: Truk tronton saat melintas di Jalan Rampah-Poriaha.](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/07/27/img-20180727-wa0002-5b5b356a677ffb49bd483413.jpg?t=o&v=555)
"Kalau kondisi kendaraan dibawah 60 persen, saya rasa berbahaya kalau lewat sini," ucap pria yang hendak ke Kota Sibolga itu.
Dia juga mengatakan, meski selisih waktu tempuh lebih lama 30 menit (dibandingkan langsung Rampah-Sibolga), namun tingkat keausan ban lebih rendah.
"Karena jalur ini kebanyakan lurusnya," kata sopir yang baru dua kali melintasi jalur tersebut.
Terpisah, sopir truk gandeng bermuatan alat berat, Hutagalung (30-an), mengaku baru pertama sekali melewati jalur baru ini. Alat berat yang dibawanya itu dari Medan menuju Barus.
"Ini aku baru pertama lewat sini. Cuma memang sebelumnya sudah tanya-tanya info dari Medan. Karena operator alat berat gak ikut, jadi gak mungkin lewat dari Batu Lobang," kata pria berambut pirang itu.
Dia juga mengakui kalau beberapa tanjakan panjang pada jalur ini cukup menantang. "Kalau armada kita gak fit 80 persen, janganlah," sebutnya.