Sebetulnya saya sangat jatuh cinta pada kurikulum merdeka. Kecintaan saya muncul karena gagasan awalnya yang membuka ruang yang sangat besar bagi pendidik dalam mengeksplorasi pengetahuan tanpa disekat oleh dinding-dinding aturan dan hukum di dunia pendidikan. Saya sepakat dengan cara berpikir penggagas kurikulum merdeka bahwa seperti yang disampaikan Paulo Friere bahwa pendidikan itu membebaskan. Bukan saja membebaskan manusia dari ketidaktahuan tetapi membebaskan siapa saja untuk belajar dan diajarkan.Â
Selagi saya jatuh cinta dengan kurikulum merdeka, muncul pula kurikulum baru yang katanya sebagai penyempurna kurikulum sebelumnya. Tapi nampaknya diksi "penyempurnaan" itu hanya bulan belaka karena sebagian besar sistem kerja kurikulum dirombak total.Â
Tidak ada setitikpun istilah merdeka disematkan. Tak ada lagi guru penggerak yang menjadi motor penggerak pendidikan. Tak ada lagi sekolah penggerak yang menjadi role model bagi lembaga pendidikan lainnnya.
Lalu, apa yang menarik dari deep learning? Kalau berbicara tentang apa yang menarik, belum ada yang bisa disimpulkan sementara waktu. Hanya saja  perlu digarisbawahi bahwa beberapa negara maju sudah lama menerapkan pembelajaran mendalam ini. Salah satu negara yang pertama kali menggunakan pembelajaran mendalam adalah Norwegia.Â
Berikut saya coba ulas secara sederhana apa saja yang menarik dari kurikulum ini.Â
1. Prinsip pembelajarannya mencakup berkesadaran, bermakna dan membahagiakan.Â
Pertama, berkesadaran. Murid yang hendak belajar dipastikan hadir seutuhnya dalam kelas dan memposisikan diri sebagai pribadi yang hendak belajar. Murid bukan sekedar hadir secara fisik tetapi memiliki kualitas kehadiran dari segala aspek kehidupan termasuk mental dan kesiapan psikis untuk belajar. Kedua, bermakna. Ketika masih di bangku Sekolah Dasar, saya beberapa kali dihukum guru karena tidak bisa menghafal perkalian, nama-nama menteri dan butir-butir P4. Indikator kepandaian zaman itu adalah hafalan yang tinggi. Pembelajaran bermakna mengubah sistem lama itu. Bahwasannya pengetahuan itu bukan sekedar hafalan tetapi sebuah pemaknaan. Pemaknaan atas segala informasi dan peristiwa hidup dan mampu mengaitkannya dengan kondisi nyata saat ini. Ketiga, membahagiakan. Tujuan tertinggi pencarian dan peziarahan hidup  manusia adalah kebahagiaan (eudaimonia). Kebahagiaan ini bukan sekadar kesenangan sesaat, tetapi kondisi jiwa yang seimbang dan harmonis, yang dicapai melalui pengenalan dan penerapan kebaikan. Dalam konteks pembelajaran, hanya dalam kebahagiaan pengetahuan itu mudah dipahami dan diaplikasikan. Ruang kelas adalah ruang hati sekaligus ruang rindu. Ruang kelas bukan lagi menjadi ruang yang penuh ketegangan dan ketakutan. Siswa takut salah dan takut mencoba. Ruang kelas memungkinkan seluruh siswa berkreativitas secara penuh dan hal itu akan muncul dalam lingkungan belajar yang menyenangkan.
2. Pengalaman belajar.Â
Selain prinsip pembelajaran, deep learning juga memiliki pengalaman belajar yang perlu dihidupi di dunia pendidikan. Pengalaman belajar itu meliputi memahami, mengaplikasikan dan merefleksi. Pengetahuan dasar adalah memahami. Setelah kita belajar memahami, pengetahuan itu kita aplikasikan. Pengaplikasian itu mencakup usaha untuk mengkolaborasikan pengetahuan dengan kehidupan nyata. Tahap yang paling esensial adalah refleksi. Refleksi dalam konteks taksonomi Bloom dan Taksonomi Solo adalah tingkatan belajar yang paling tinggi. Dalam tahap refleksi terdapat usaha untuk mencipta. Hanya dengan cara berefleksi kita dapat mencipta. Hasil karya adalah hasil refleksi.
3. Perubahan pada konsep P5 dan profil lulusan
Kurikulum merdeka memiliki proyek-proyek yang dikenal dengan P5. Apakah P5 dihapus dalam pembelajaran mendalam? Tidak dihapus tetapi diintegrasikan dengan materi pembelajaran. Yang difokuskan dalam pembelajaran mendalam adalah kokurikuler yang merupakan kegiatan di luar jadwal kurikuler untuk mendukung tercapainya 8 (delapan) profil lulusan. Kokurikuler ini dapat melibatkan lintas mata pelajaran dan bidang pendidikan.Â