Mohon tunggu...
Monika Ekowati
Monika Ekowati Mohon Tunggu... Guru - Seorang biarawati Tarekat SND--> ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Betapa indahnya hidup ini, betapa saya mencintai hidup ini, namun hanya DIA yang paling indah dalam Surga-Nya dan dalam hidupku ini, saya akan mencintai dan mengabdi DIA dalam hidupku ini ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Semburat Putih Pelangi Kasih Episode 24 Pengalaman Jajah Nagari (2)

7 Agustus 2021   11:25 Diperbarui: 7 Agustus 2021   11:45 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Liman Seto = Lintang  Manunggal Sewoo  Duta (Lukisan  Bp. Y.P.Sukiyanto)

sahabat.

Mpu Baradha menatapku, aku menghaturkan sembah, beliau menjabat tanganku, sambil berkata, "Oh, ini putuku anak Airlangga, nduk cah ayu, Eyang akan memanggilmu Sanggra."

"Sediko, Eyang Maha Mpu," jawabku.

"Aku sudah bertemu dan berbicara pada romomu tadi malam," kata Mpu

Baradha, "semoga kamu kerasan di sini. Anggaplah sebagai rumahmu

sendiri."

"Sendiko, Eyang," hanya kata-kata itu yang mampu kuucapkan, sebab aku setengahnya tidak percaya. Orang yang kupanggil eyang itu terlihat sangat muda, semuda Romo Prabu.

Pikiranku melayang. Pasti Eyang Mpu Baradha bertemu dengan Romo Prabu dalam Aji Rogoh Sukma, karena mereka berdua menguasainya dan seperti bapak dan anaknya, bahkan Romo Prabu pernah bilang bahwa Eyang Mpu itu guru spiritualitasnya selama bertahun-tahun sehingga Romo mampu mengendalikan kerajaan besar dan membuat rakyat gemah ripah loh jinawi (makmur, serbaberkecukupan sandang, pangan, dan papan).


     

Pagi itu seorang dayang mengantarku melihat-lihat ke tempat pondokan. Ada bangsal besar untuk pertemuan. Ada asrama untuk para murid Eyang Mpu Baradha, yang setiap rumahnya ditempati oleh dua belas murid. Sementara untuk laku tapa dibuatkan pondok kecil yang bisa digunakan secara bergantian apabila para murid ingin berlaku tapa.

Pusat olah kanuragan dan karohanian yang dipimpin oleh Mpu Baradha terletak di daerah perbukitan Gunung Mayit bagian selatan di wilayah Desa Sayuran Blora. Perkumpulan ini disebut Kekadangan "Liman Seto" yang merupakan kepanjangan dari Lintang Manunggal Sewoko Duto, suatu bentuk kekadangan atau kekeluargaan yang didasari sumpah dan kaul suci untuk mengabdi.

Para muridnya dibedakan asramanya antara yang pria dan wanita. Mereka dari seluruh pelosok Nusantara, yang ingin mengabdikan diri menuruti panggilan Sang Murbeng Dumadi untuk melayani sesama dan Sang Hyang Widhi.

 Di tempat lain juga banyak pondok perguruan seperti ini cerita para dayang, namun mereka banyak yang berguru pada Eyang Mpu Baradha. Dalam waktu singkat aku merasa cocok tinggal di sini, karena menurut catatan di Lontar tentang hari lahirku, aku dilahirkan pada tahun Alip Windu Sangara, pada Neptu 12, Wuku Kuwalu lakune Lintang, Pangrasan Aras tuding. Pancasuda=Satria Wibawa, Dina/Hari GAJAH, Lintang 12 ( lintang Dani Daru), Pranotomongso Kasongo (kesembilan), Bintang Liman adalah Gajah, dan Wuku Kuwalu lakune Lintang berarti aku memiliki sikap seperti gajah namun selalu berpindah-pindah, seperti perpindahan bintang di langit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun