Mohon tunggu...
Monika Ekowati
Monika Ekowati Mohon Tunggu... Guru - Seorang biarawati Tarekat SND--> ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Betapa indahnya hidup ini, betapa saya mencintai hidup ini, namun hanya DIA yang paling indah dalam Surga-Nya dan dalam hidupku ini, saya akan mencintai dan mengabdi DIA dalam hidupku ini ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Semburat Putih Pelangi Kasih Episode 12 Yoganidra 3

23 Juli 2021   09:57 Diperbarui: 23 Juli 2021   10:24 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semburat  Putih  Pelangi  Kasih (Lukisan  Bp  Y.P.Sukiyanto)

Yoganidra ( 3 )

Cerita  sebelumnya :

"Nah, anakku, malam sudah menjelang pagi. Kita istirahat dulu. Besok malam masih ada waktu, dan kita akan bertemu lagi di sini. Romo akan bercerita lagi mengenai sejarah hidup Romo. Sekarang kau tidur dulu, ya?"

"Baik, Romo, meskipun aku ingin Romo melanjutkan ceritanya, aku akan patuh pada keputusan Ayahanda untuk berhenti bercerita. Ini juga bukti kedisiplinan Ayahanda dalam segala tindakan, dan aktivitas. Ayahanda selalu tahu batas, kecuali jika Ayahanda bersemadi. Ayahanda baru berhenti kalau sudah merasakan adanya pencerahan atau datangnya wangsit, itulah sifat Romo yang kukagumi."    (  Bersambung )

 Seharian aku bergayut dalam kegiatan sehari-hari. Seperti biasa, kuawali pagiku dengan bersemadi. Meskipun masih tergolong muda usia dan masih sangat kecil untuk berolah tapa, aku merasa sangat nyaman mengawali hariku dalam keheningan pagi. Biasanya aku duduk di atas batu besar di tengah Taman Keputren.


Karena temboknya tidak terlalu tinggi, aku bisa menikmati wajah ayu matahari pagi yang terbit dengan eloknya. Sinarnya yang indah memantul tepat di danau kecil yang membentang menghias taman. Keindahan yang tidak bisa dibeli oleh kekayaan dunia, namun bisa dinikmati dengan kebeningan hati yang berpasrah, dilumuri sinarnya, dan dibalut pesona keindahannya.

Setelah bersemadi, aku melanjutkan dengan berolahraga di bawah bimbingan Eyang Paman Narotama. Aku paling senang berlatih panah dan lari pagi. Selesai melakukan semua itu, aku melanjutkan kegiatanku dengan mandi dan makan pagi, lalu belajar membaca kitab "Babat Tanah Jawi," serta menulis huruf Jawa dan Bali.

Ayahanda Prabu dan Ibunda Ratu selalu mengajarkan aku untuk menggunakan waktu sebaik mungkin dan disiplin serta bertanggung jawab dalam setiap tugas. Setelah waktu belajarku selesai ada dayang-dayang pengasuh yang siap mengajariku tari Jawa dan tari Bali, entahlah mungkin karena ayahanda seorang keturunan raja Bali dan ibu berdarah bangsawan Jawa, aku selalu diajari budaya dan segala tatakrama dan cara hidup dari paduan dua budaya ini yakni budaya Jawa dan budaya Bali.

Dengan belajar Babat Tanah Jawi yang memuat banyak falsafah hidup dan memperhalus budi, kata-kata indah yang penuh arti membentuk nurani lebih tajam. Kegiatanku yang lain adalah belajar menari, juga tari Jawa dan Bali, untuk ini para dayang yang piawai dalam menari Nini Retno Sumirat dan Ni Nyoman Galuh Pamulang selalu rajin mengajari aku tarian-tarian yang bisa mengolah tubuh dan olah kerohanian.

Dengan menari aku bisa memuji, menyembah, sembayang serta menghatur sembah atas segala keluhuran yang telah dianugerahkan di jagad raya semesta ini. Dengan menari aku bisa mengungkapkan segala rasa dan karsaku dalam gerak badan yang selaras dengan gending yang mengalun menghaluskan nuraniku untuk semakin peka pada situasi sekitar. Ini dapat kurasakan setiap aku mengurai dan menyatukan gerakan dalam tarian.

Malam kedua, ketika sinar purnama masih tersisa, sinarnya tetap menawan. Romo prabu seperti kemarin malam duduk di bangku batu yang ada di pelataran yang dipenuhi dengan bebungaan dan aneka pepohonan.

Semerbak kembang-kembang setaman menyemarakkan suasana malam dengan harumnya. Aku kembali mendatangi romo prabu, belum sampai aku ke tempat romo duduk, beliau sudah merentangkan tangan siap memelukku dan menerima kedatanganku.

"Selamat malam, Romo, aku menagih janji, agar Romo berkenan

menceritakan kembali riwayat hidup Romo."

"Baiklah, putriku, sini, duduklah di samping Romo. Kemarin malam sampai

di mana ceritanya?"

"Sampai petualangan Romo hidup di hutan, minum dan mandi air Sendang

 Made, tempatnya di Kudu, Jombang, Jawa Timur, yang airnya manis untuk

diminum dan membuat Romo dan Eyang Paman Narotama awet muda,"

 jawabku.

"Luar biasa ingatanmu, putriku, dewiku. Yah, sendang itu yang menghidupi dan memberi kesegaran Romo dan Paman Narotama selama tiga tahun, cukup lama, apalagi Romo hidup hanya berdua dalam tapa dan mati raga, tanpa kehadiran ibundamu yang sungguh Romo kasihi sepenuh jiwa raga.

 Romo dan bundamu ratu, sudah lama Romo kenal namun kami tidak boleh saling berdekatan, meski demikian Romo merasa bahwa bundamu ratu merupakan belahan jiwa Romo, dari rasa prangrasa dan ketajaman nurani Romo bisa merasakan semua itu. Ada sesuatu yang luar biasa dan ini merupakan rahasia Romo, yang akan Romo ceritakan padamu."

"Sendiko Romo, rahasia?"

"Ya, ya, putriku, kau bersemangat sekali ingin mendengar semua ini, begini

ngger putriku, meskipun Romo dan ibundamu tidak pernah bertemu secara

wadag (bertemu muka) tapi Romo bisa bertemu antar-sukma, ketika Romo

 dan ibundamu saling menggunakan Aji Rogoh Sukma."

"Ketemu antar-sukma itu seperti apa, Romo? Apakah aku juga bisa?"

tanyaku pada Romo dengan penuh rasa ingin tahu.

"Aji Rogoh Sukma itu keluarnya sukma dari raga demi suatu kebajikan.

 Perlu dilatih dengan tekun dan tidak sembarang orang bisa.

Perlu kemurnian hati dan kesucian nurani serta niat. Kalau seseorang tidak

punya niat baik bisa saja ketika sukmanya meninggalkan raga dia terjebak

oleh roh-roh lain yang menahannya sehingga roh itu tidak dapat kembali ke

 raganya, roh itu akan melayang tidak punya tempat yang tetap dan sangat

membawa duka selamanya, karena dunia roh lain dengan ketika roh itu ada

 berdiam di badan, jadi kesulitan dan kedukaan akan menyiksa roh itu.

Maka orang tidak boleh coba-coba untuk menjalankan Aji Rogoh Sukma

secara gegabah tanpa bimbingan orang yang berpengalaman.

"Ya, kau juga bisa berlatih Aji Rogoh Sukma, nanti Romo akan memanggil

Maha Mpu Baradha, atau kalau tidak, kau akan kukirim ke padepokan Mpu

 Barada yang ahli dalam hal ini. Beliau adalah seorang yang sakti

mandraguna."

"Apakah Romo sendiri tidak bisa mengajariku?"

"Bisa saja, tapi pekerjaan Romo sangat banyak. Lagi pula butuh laku tapa

yang teratur, dan kau selalu manja pada Romo, nanti malah tidak kuat. Jadi

lebih baik dengan Mpu Baradha agar kau bisa berlatih dengan disiplin."

"Baiklah, Romo, aku tahu Romo menentukan yang terbaik buatku.

Sekarang teruskan cerita Romo."

"Romo berada di hutan selama tiga tahun, suasana alam belantara yang penuh binatang buas menjadi akrab dengan Romo, ini Romo rasakan sebagai anugerah dari Sang Hyang Widhi yang menguasai Jagad Dewa Batara.

 (  Bersambung )

Oleh  Sr. Maria  Monika  SND

23 Juli, 2021

Artikel  ke : 414

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun