Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Mewaspadai Mitos Ramadhan

16 Maret 2024   04:08 Diperbarui: 16 Maret 2024   04:25 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mitos Ramadhan (Sumber : pribadi, bing,com) 

Tema ini sangat tendensius. Bahkan, bisa jadi sangat liar. Pembaca, bisa saja melayangkan pikiran ke sejumlah hal, yang tak terduga oleh penulis. Hal itu sulit dihindari. Namun, pokok pikiran ini, tetap penulis ingin sampaikan dengan maksud untuk membersihkan rasa, pikiran dan sikap kita yang kurang selaras dengn misi Ramadhan itu sendiri.

Supaya tidak terlampau membingungkan, kita perlu dulu memahami makna dasar mitos. Eh, maksudnya, salah satu pemaknaan terhadap istilah mitos. Tokoh modern yang menjadi pionir dalam kajian ini, yaitu Roland Barthes (1983/2004). Dalam karyanya tentang mitologi, dia menegaskan bahwa yang dimaksud mitos itu adalah suatu wicara atau narasi yang tumbuhkembang di Masyarakat. Dalam mitos, narasi atau pembicaraan itu terbangun oleh keyakinan yang tumbuh dimasyarakat, dan bisa jadi mengabaikan substansi atau hal esensinya. Bahkan, dikatakan pula, bahwa dengan hadirnya mitos itu, persepsi atau keyakinan terhadap narasi itu, memiliki posisi jarak yang berbeda atau jauh dari kebenarannya.

Dengan pemahaman dasar serupa itu, muncul pertanyaan awal kita, apakah dengan demikian, Ramadhan di tengah Masyarakat kita melahirkan dan memunculkan mitos-mitos baru  ?

Jawabannya, 'ya'. Ada sejumlah mitos yang harus diwaspadai oleh umat, Masyarakat atau kita semua, seiring selaras dengan proses pelaksanaan ibadah shaum Ramadhan.

Pertama, buka bersama harus dengan makanan yang Istimewa atau beda dengan biasanya. Entah darimana asalnya, hampir dipastikan ada keyakinan baru di benak ibu-ibu, dan juga anak-anak, baik sahur atau buka puasa, perlu ada ketersediaan makanan yang khas, Istimewa atau beda dari biasanya.

"ah, gak juga, yang penting ada gorengan atau kolek..".  Itulah mitosnya bagi kita. Gorengan dan kolek adalah produk mitologi Ramadhan di tengah Masyarakat kita. Karena pada hakikatnya, buka dan sahur tidak mesti dengan makanan serupa itu, jenis makanan yang lain pun, tetap boleh dan sah. Hanya saja, karena ada mitos yang dibangun di tengah Masyarakat kita, maka keyakinan itu seakan menjadi benar dan kebenaran.

Kedua, mitos yang paling menonjol, yaitu mempersiapkan baju baru untuk akhir Ramadhan. Perayaan idul fitri adalah perayaan kebahagiaan, bagi setiap umat Islam. Tanpa kecuali. Setiap orang memiliki hak untuk bahagia, dan memiliki kewajiban untuk saling membahagiakan. Tentunya, cara berbahagia dan membahagiakan, tidak mesti dengan pamer baju baru atau memanjakan diri dengan pakaian baru dihadapan orang lain.

Namun demikian, narasi pentingnya baju baru, sudah tumbuh di tengah Masyarakat, dan berurat berakar. Kita semua akan mudah menyaksikan. Kelak di  minggu kedua Ramadhan, mall dan store-store di tengah kota kita, akan ramai dikunjungi pelanggan, sekedar untuk memuaskan mitologi Idul fitri dengan pakaian baru, bahkan pakaian seragam keluarga yang baru.

Apa iya, harus baju baru ? rasanya, setiap orang, pasti dengan mudah menjawab pertanyaan ini. Tetapi hasrat untuk merealisasikan mitos seperti ini, sangat kuat dirasakan oleh setiap orang, dan tidak mau mengecewakan satu diantara anggota keluarganya sendiri.

Terakhir, maksudnya untuk konteks wacana ini, yaitu adanya mitos idul fitri adalah akhir Ramadhan. Untuk kasus ini pun, entah darimana awalnya. Hampir dipastikan dan diyakini, setiap orang, khususnya anak-anak dan penceramah, akan menghitung-hitung hari dalam bulan Ramadhan. "...malam ini, sudah malam ke sekina, dan sekian hari hari lagi kita akan menghadapi idul fitri..."

Pernyataan itu, sering diucapkan, baik dalam kondisi sadar, maupun dalam kondisi pemotivasian kepada anak-anak di keluarga untuk tetap bersemangat melaksanakan ibadah shaum Ramadhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun